LAPORAN
PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK
POTONG DAN KERJA
Oleh
:
Muhammad Fahim
Ridho
23010112130186
PROGRAM STUDI S-1
PETERNAKAN
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
SEMARANG
2014
LEMBAR
PENGESAHAN
Nama : Muhammad Fahim
Ridho
NIM : 23010112130186
Kelas : A
Kelompok : III(Tiga)
Tanggal
Pengesahan : Mei 2014
Menyetujui,
Koodinator Kelas
Produksi Ternak Potong dan Kerja
|
Asisten Pembimbing
|
Giovani Surya Dewi
NIM. 23010110110015
|
Yuni Haryanti
NIM. 23010111130205
|
Ketua Laboratorium
Ilmu Ternak Potong dan Perah
Prof. Ir. Agung
Purnomoadi, M.Sc. Ph.D.
NIP. 19630504 198703 1
003
Tabel 1. Evaluasi
Kecukupan Pakan
Bahan Pakan
|
Konsumsi Segar
(kg)
|
BK Pakan (%)
|
Konsumsi BK
(kg)
|
Kebutuhan BK
(kg)
|
Evaluasi Pakan
(kg)
|
Rumput Gajah
|
21,91
|
17,42
|
3,82
|
-
|
-
|
Konsentrat
|
4,36
|
87,15
|
3,78
|
-
|
-
|
Total
|
26,27
|
7,62
|
8,50
|
-0,88
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2014
Tabel 2. Kecernaan Bahan Pakan Ternak
Bobot Badan
(kg)
|
PBBH (kg)
|
Konversi Pakan
|
Efisiensi
Pakan (%)
|
Daya Cerna (%)
|
350,25
|
1,2
|
6,3
|
15,75
|
43,95
|
Sumber : Data Primer
Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2014
No
|
Hasil
Praktikum
|
Pembahasan
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
Analisis
Bahan Kering Pakan
|
Berdasarkan
praktikum diperoleh hasil bahan
kering rumput gajah yaitu 17,42%..
Menurut Rianto et al. (2007) rumput gajah memiliki kandungan bahan kering
21%. Kandungan bahan kering konsentrat
diperoleh hasil yaitu 87,15%. Menurut Tarmidi (2004) kandungan bahan kering
konsentrat yaitu 85,50%. Faktor yang
mempengaruhi kandungan bahan kering yaitu jenis bahan pakan, waktu pemanenan
dan iklim didaerah tersebut. Hal ini sesuai dengan Nugraha (2013) tinggi
rendahnya kadar bahan kering bahan pakan dipengaruhi oleh tingkat
kematangannya waktu pemanenan, lingkungan tempat tumbuh dan cara pengolahan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Rumput Gajah
Konsentrat
|
: 17,42%
: 87,15%
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
Pertumbuhan
dan Perkembangan
|
Berdasarkan praktikum sapi mengalami pertambahan bobot
badan sebesar 1,2 kg dalam waktu 7 hari. Hal sesuai dengan Wibowo (2008)
pertambahan bobot bahan sapi setelah umur satu tahun pertambahan bobot
badannya yaitu lebih dari 1 kg/hari. Faktor yang mempengaruhi pertambahan
bobot badan sapi yaitu jumlah konsumsi pakan, nutrisi dalam pakan dan
lingkungan yang optimum. Menurut Kurniasari et al. (2009) faktor yang
mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat
dan jumlah energi yang dikandung pakan dan menurut Yani dan Purwanto (2006) untuk
kehidupan dan produksi ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· Bobot Awal
· Bobot Akhir
· PBBH
|
: 346 kg
: 354,5 kg
: 1,2 kg
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
Pengamatan
Fisiologi Ternak
|
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil suhu rektal 38,90C, denyut nadi 67 kali/menit dan
frekuensi nafas 40 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa sapi dalam kondisi normal.
Menurut Yani dan Purwanto (2006) denyut
jantung sapi yang sehat pada daerah
nyaman atau suhu tubuh 38,60C yaitu 60 – 70 kali/menit
dengan frekuensi nafas yaitu 10-30 kali/menit. Faktor yang mempengaruhi suhu
rektal, denyut nadi dan frekuensi nafas yaitu perubahan suhu lingkungan.
Menurut Pelulungan et al. (2013) perubahan suhu tubuh, denyut nadi dan
frekuensi nafas dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· Suhu Rektal
· Denyut Nadi
· Frekuensi Nafas
|
: 38,50C
: 67 kali/menit
: 40 kali/menit
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
Pengamatan
Fisiologi Lingkungan
Mikroklimat
Makroklimat
|
Berdasarkan hasil
praktikum pengukuran suhu di dalam kandang sebesar 27,500C dengan kelembaban 70,80% dan di luar kandang suhu
27,530C dengan kelembaban udara 67,96%. Hal ini menunjukkan lingkungan
mikroklimat dan makroklimat yang normal pada daerah tropis. Menutur Palulungan
et al. (2013) suhu daan kelembahan di daerah tropis berturut-turut
yaitu 24-34ºC dan 60-90%. Ternak dapat
berproduksi scara optimal pada suhu dan
kelembadan berturut-turut berkisar 18,30C dan 55%. Menurut Yani dan Purwanto (2006) sapi PFH akan
berproduksi dengan baik bila ditempatkan pada suhu lingkungan 18,30C
dan kelembaban udaran 55% jika suhu lingkungan tinggi maka ternak akan
melakukan penyesuaian suhu secara fisiologis dan tingkah laku.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
Konversi
Pakan
|
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil konversi pakan yaitu 6,3. Konversi pakan merupakan jumlah
pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot badan. Menurut Carvalho et
al. (2010) nilai konversi pakan merupakan gambaran dari jumlah pakan yang
dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot badan, dengan perbandingan antara konsumsi pakan (BK) dengan pertambahan bobot badan yang
dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan yaitu macam
imbangan pakan yang digunakan, bangsa ternak dan manajemen kandang. Hal ini
sesuai dengan Amien et al. (2013)
faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu kondisi ternak, daya cerna
ternak, bangsa, jenis kelamin, kualitas dan kuantitaf pakan, dan faktor
lingkungan. Menurut Siregar (2008)
standar konversi pakan yang baik pada sapi perah yaitu sebesar 8,56 – 13,29.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· PBBH
· Konsumsi Total BK
· Konversi Pakan
|
: 1,2 kg
: 7,62 kg
: 6,3
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
Efisiensi
Pakan
|
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil
efisiensi pakan 15,75%. Efisiensi pakan merupakan perbandingan pertambahan
bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan dalam bahan kering. Hal ini
sesuai Latifudin
(2002) konversi pakan yaitu besarnya pertambahan bobot badan
yang dibandingkan dengan jumlah bahan kering yang dikunsumsi. Menurut Siregar (2001) efisiensi pakan pada sapi
potong yaitu antara 7,52% - 11,29%. Faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi pakan
yaitu umur ternak, kualitas pakan dan bobot badan ternak. Hal ini sesuai dengan
Nurdiati et al. (2012) faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan yaitu umur,
kualitas pakan dan bobot badan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· PBBH
· Konsumsi Total BK
· Efisiensi Pakan
|
: 1,2 kg
: 7,62 kg
: 15,75 %
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
Daya
Cerna
|
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil daya cerna 43,95%. Daya cerna merupakan ukuran
nutrisi yang dapat diserat pada saluran pencernaan. Hai ini sesuai dengan Carvalho et al. ( 2010) daya cerna
merupakan nilai nutrisi yang dapat diserap oleh saluran pencernaan. Menurut
Rianto et al. (2007) kecernaan sapi PFH yaitu 72,20%. Faktor yang
mempengaruhi daya cerna yaitu lama pakan dalam saluran pencernaan, kandungan
serat kasar pakan dan bahan penyusun ransum. Hal ini sesuai dengan Winarni
(2008) faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan yaitu bentuk fisik dari bahan
pakan, konsumsi ransum, dan laju perjalanan bahan pakan melalui saluran
pencernaan.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· Bobot Feses dalam BK
· Konsumsi Total BK
· Hasil Daya Cerna
|
:
4,26kg
:
7,62 kg
:
43,95 %
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
Feed Cost per Gain
|
Berdasarkan praktikum
diperoleh hasil feed cost per gain sebesar Rp 12.744. Feed cost per gain merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk meningkatkan 1kg pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan Purbowati et
al. (2004) feed cost per gain merupakan biaya pakan
untuk menaikkan 1 kg pertambahan bobot badan. Nurdiati et al., (2012) menambahkan semakin
rendah angka feed cost per gain yang dicapai maka semakin baik dan angka feed cost per gain dapat diperkecil
dengan cara mengoptimalkan pertambahan bobot badan serta menekan biaya pakan
dengan menggunakan bahan pakan yang lebih efisien.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· Harga Rumput Gajah
· Harga konsentrat
· Hasilnya
|
:
Rp. 300/kg
:
Rp. 2000/kg
:
Rp.12.744.-
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
Evaluasi
Perkandangan
· Tipe Kandang
· Cara Penempatan Ternak
|
:
Stall berganda
: Tail
to tail
|
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil tipe kandang
yang digunakan yaitu tipe kandang tail
to tail posisi ternak ternak
saling membelakangi atau antara ekor dengan ekor saling berhadapan. Kelebihan penempatan dalam stall berganda adalah mempermudah
dalam pembersihan kandang, sedangkan kekurangan penempatan dalam stall berganda adalah terjadi
persaingan pakan dalam pakan. Hal ini sesuai dengan Saqifah et al. (2010) kelebihan penempatan
ternak secara tail to tail yaitu memudahkan dalam pembersihan kandang,
meminimalisir terjadinya penularan penyakit, dan memudahkan pengamatan pada
ternak birahi. Kandang terbuat dari kontuksi dinding dari tembok, atap dari
asbes, dan lantai beton. Pembuatan kandangan yang baik yaitu konstruksi kandang kuat, lantai, dinding dan atap. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010)
kontruksi kandang yang baik yaitu kerangka kandang terbuat dari bahan yang
mampu menopang beban berat, atap kandang terbuat dari genting atau asbes,
ijuk, dinding kandang terbuat dari tembok, lantai kandang terbuat dari bahan
yang tidak licin, rata dan keras, serta terdapat tempat pakan dan minum.
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
Carrying Capacity
|
Berdasarkan
praktikum diperoleh hasil carrying capacity dari lahan 13
ha yaitu 113 ekor dengan produksi lahan per tahun sebanyak 1.996.800 kg
BS/tahun. Carrying capacity merupakan
kemampuan lahan untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternakdalan waktu satu
tahun. Hal ini sesuai dengan Alfian et al. (2012) yang
menyatakan kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan
lahan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh ternak
dalam luasan satu hektar untuk
mencukupi kebutuhan hijaun satu tahun. Panjono et al. (2009) menyatakan bahwa manfaat
dari penghitungan carrying capacity
adalah dapat memprediksikan kapasitas suatu lahan hijauan yang tersedia dan
mampu memenuhi kebutuhan ternak selama satu tahun. Rusdin et al. (2009) menambahkan bahwa padang
penggembalaan yang produktif dapat memenuhi kebutuhan ternak dengan daya
tampung minimal sebesar 2,5 UT/ha/tahun.
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
· Produksi Lahan per Tahun
· Produksi Lahan per Hari
· Produksi per Hari dalam BK
· Hasil CC
|
: 1.996.800 kg
BS/th
: 547060 kg
BS/hari
: 953 kg BK/hari
: 113 ekor
|
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, L.
2009. Pola Pertumbuhan Rumput Signal (Brachiaria humidicola) pada Padang
Penggembalaan dengan Aplikasi Sumber Nutrien Berbeda. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alfian,Y., F.I. Hermansyah., E.
Handayanta., Lutojo dan W.P.S. Suprayogi. 2012. Analisis daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di Daerah pertanian lahan kering kecamatan Semin Kabupaten Gunung kidul.Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 33-42.
Amien, I., Nasich, M., dan
Marjuki. 2013. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Sapi Limousin Cross Dengan Pakan Tambahan Probiotik.
Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Carvalho,M. D. C. D., Soeparno dan N.
Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole dan
Simmental Peranakan Ongole Jantan Yang Dipelihara Secara Feedlot. Buletin Peternakan.
34 (1): 38-46.
Kurniasari, F., N.A.
Rahmadani., R. Adiwinarti., E. Purbowati., E. Rianto dan A. Purnomoadi. 2009.
Pengaruh Level Konsentrat Terhadap Pemanfaatan Energi Pakan dan Produksi
Nitrogen Mikroba Pada Sapi Peranakan Ongole Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner : 419-424.
Latifudin, D., A. Budiman dan D. Rusmana. 2002.
Pengaruh Suplementasi Kobalt dan Vitamin B12 Terhadap Pertambahan Bobot Badan,
Konsumsi Bahan Kering Dan Efisiensi Pen Ggunaan Pakan Domba Priangan. Jurnal
Ilmu Ternak. 2 (2) : 60-64.
Nugraha, B. D. E., Handayanta dan E. T.
Rahayu. 2013 Analisis Daya Tampung (Carrying Capacity) Ternak Ruminansia Pada
Musim Penghujan di Daerah Pertanian Lahan Kering Kecamatan Semin Kabupaten
Gunung Kidul. Tropical Animal Husbandry. 2 (1): 34-40.
Nurdiati, K., E. Handayana, dan Lutojo. 2012. Efisiensi Produksi Sapi Potong Pada Musim
Kemarau Di Peternakan Ongole (PO) Jantan Pada Berbagai Bobot Hidup. Fakultas
Peternakan, Kampus Baru Tembalang. Tropical Animal Husbandry. 1 (1)
: 52–58.
Palulungan, J. A., Adiarto
dan Tety Hartatik. 2013. Pengaruh Kombinasi Pengkabutan dan Kipas Angin
Terhadap Kondisi Fisiologis Sapi Perah Peranakan Friesian Holland. Buletin
Peternakan. 37 (3) : 189-197.
Panjono, W.,
P. Budi., S. Bambang dan B. Endang. 2009. Pengaruh Penjemuran terhadap Kenyamanan
dan Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah
Mada. Buletin Peternakan. 33 (1): 17-22.
Purbowati, E., Endang Baliarti dan Subur Priyono S.
Budhi.2004. Feed Cost Per Gaindomba Yang Digemukkan Secara Feedlotdengan Pakan
Dasar Jerami Padi dan Level Konsentrat Berbeda Seminar Nasional Sistem
Integrasi Tanaman-Ternak : 169-174.
Rianto, E., Mariana Wulandari dan Retno
Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan Protein Pada Sapi Jantan Peranakan Ongole dan
Peranakan Friesian Holstein yang Mendapatpakan Rumput Gajah, Ampas Tahu dan
Singkong Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 64-70.
Rusdin, M. I., Mustaring., P. Sri., A. I. Atik dan U. D. Sri. 2009. Studi Potensi Kawasan Lore Tengah Untuk
Pengembangan Sapi Potong. 2 (2) : 94–103.
Saqifah. N., E. Rianto dan E. Purbowati.
2010. Pengaruh Ampas the dalam Pakan Konsentrat terhadap Konsentrasi VFA dan
NH3 Cairan Rumen untuk Mendukung Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
veteriner. Semarang.
Siregar, S. B. 2001. Ransum Ternak
Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.B. 2010. Penggemukan Sapi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tarmidi, A. R. 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang
Mengandung Ampas Tebu Hasil Biokonversi
oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Performans Domba
Priangan. JITV. 9 (3) : 157-163.
Wibowo, T.
2008. Rata-rata HTC (Heat Tolerance Coefficient) dan Pertambahan Bobot
Badan Sapi PFH (Peranakan
Fries Holland) Jantan yang Diberikan
Pakan Serat Kasar Tinggi. Universitas
Brawijaya, Malang
Winarni.
2008. Pengaruh Substitusi Rumput Raja Dengan Limbah Media Tanam Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Terhadap
Kecernaan Pakan Pada Pedet Peranakan Friesian Holstein Jantan. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Yani, A dan B.P. Purwanto. 2006.
Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland
dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN) Media
Peternakan. 29 (1) : 35-46.
Yulianto,
P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar