Senin, 26 Mei 2014

laporan PTPK


LAPORAN PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA



Oleh :
Muhammad Fahim Ridho
23010112130186






PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Nama                           : Muhammad Fahim Ridho
NIM                            : 23010112130186
Kelas                           : A
Kelompok                   : III(Tiga)
Tanggal Pengesahan    :           Mei 2014

Menyetujui,

Koodinator Kelas
Produksi Ternak Potong dan Kerja
Asisten Pembimbing




Giovani Surya Dewi
NIM. 23010110110015





Yuni Haryanti
NIM. 23010111130205

                                                     





Ketua Laboratorium
Ilmu Ternak Potong dan Perah




Prof. Ir. Agung Purnomoadi, M.Sc. Ph.D.
NIP. 19630504 198703 1 003



Tabel 1. Evaluasi Kecukupan Pakan
Bahan Pakan
Konsumsi Segar (kg)
BK Pakan (%)
Konsumsi BK (kg)
Kebutuhan BK (kg)
Evaluasi Pakan (kg)
Rumput Gajah
21,91
17,42
3,82
-
-
Konsentrat
4,36
87,15
3,78
-
-
Total
26,27

7,62
8,50
-0,88
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2014
Tabel 2.  Kecernaan Bahan Pakan Ternak
Bobot Badan (kg)
PBBH (kg)
Konversi Pakan
Efisiensi Pakan (%)
Daya Cerna (%)
350,25
1,2
6,3
15,75
43,95
Sumber : Data Primer Praktikum Produksi Ternak Potong dan Kerja, 2014
















No
Hasil Praktikum
Pembahasan
1
Analisis Bahan Kering Pakan
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil  bahan kering  rumput gajah yaitu 17,42%.. Menurut Rianto et al. (2007) rumput gajah memiliki kandungan bahan kering  21%. Kandungan bahan kering konsentrat diperoleh hasil yaitu 87,15%. Menurut Tarmidi (2004) kandungan bahan kering konsentrat yaitu 85,50%. Faktor  yang mempengaruhi kandungan bahan kering yaitu jenis bahan pakan, waktu pemanenan dan iklim didaerah tersebut. Hal ini sesuai dengan Nugraha (2013) tinggi rendahnya kadar bahan kering bahan pakan dipengaruhi oleh tingkat kematangannya waktu pemanenan, lingkungan tempat tumbuh dan cara pengolahan.

Rumput Gajah         
Konsentrat
: 17,42%
: 87,15%
2
Pertumbuhan dan Perkembangan
Berdasarkan  praktikum sapi mengalami pertambahan bobot badan sebesar 1,2 kg dalam waktu 7 hari. Hal sesuai dengan Wibowo (2008) pertambahan bobot bahan sapi setelah umur satu tahun pertambahan bobot badannya yaitu lebih dari 1 kg/hari. Faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi yaitu jumlah konsumsi pakan, nutrisi dalam pakan dan lingkungan yang optimum. Menurut Kurniasari et al. (2009) faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan yaitu jumlah konsumsi pakan konsentrat dan jumlah energi yang dikandung pakan dan menurut Yani dan Purwanto (2006) untuk kehidupan dan produksi ternak memerlukan suhu lingkungan yang optimum.

·      Bobot Awal
·      Bobot Akhir
·      PBBH
: 346 kg
: 354,5 kg
:  1,2 kg


3
Pengamatan Fisiologi Ternak
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil suhu rektal 38,90C, denyut nadi 67 kali/menit dan frekuensi nafas 40 kali/menit. Hal ini menunjukkan bahwa sapi dalam kondisi normal. Menurut  Yani dan Purwanto (2006) denyut jantung  sapi yang sehat pada daerah nyaman atau suhu tubuh 38,60C yaitu 60 – 70 kali/menit dengan frekuensi nafas yaitu 10-30 kali/menit. Faktor yang mempengaruhi suhu rektal, denyut nadi dan frekuensi nafas yaitu perubahan suhu lingkungan. Menurut Pelulungan et al. (2013) perubahan suhu tubuh, denyut nadi dan frekuensi nafas dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

·      Suhu Rektal  
·      Denyut Nadi
·      Frekuensi Nafas
: 38,50C
: 67 kali/menit
:  40 kali/menit



4
Pengamatan Fisiologi Lingkungan
Mikroklimat
Waktu
Suhu (0C)
Rh (%)
06.00
25,36
76,36
12.00
31,71
56,64
18.00
27,36
75,07
21.00
25,57
75,14
Rata-rata
27,50
70,80
Makroklimat
Waktu
Suhu (0C)
Rh (%)
06.00
23,71
78,14
12.00
36,14
39,00
18.00
25,64
76,57
21.00
24,64
78,14
Rata-rata
27,53
67,96
Berdasarkan hasil praktikum pengukuran suhu di dalam kandang sebesar  27,500C dengan  kelembaban 70,80% dan di luar kandang suhu 27,530C dengan kelembaban udara 67,96%. Hal ini menunjukkan lingkungan mikroklimat dan makroklimat yang normal pada daerah tropis. Menutur Palulungan et al. (2013) suhu daan kelembahan di daerah tropis berturut-turut yaitu  24-34ºC dan 60-90%. Ternak dapat berproduksi scara                     optimal pada suhu dan kelembadan berturut-turut berkisar 18,30C  dan 55%. Menurut                                     Yani dan Purwanto (2006) sapi PFH akan berproduksi dengan baik bila ditempatkan pada suhu lingkungan 18,30C dan kelembaban udaran 55% jika suhu lingkungan tinggi maka ternak akan melakukan penyesuaian suhu secara fisiologis dan tingkah laku.



5
Konversi Pakan
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil konversi pakan yaitu 6,3. Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot badan. Menurut Carvalho et al. (2010) nilai konversi pakan merupakan gambaran dari jumlah pakan yang dikonsumsi untuk meningkatkan 1 kg bobot badan, dengan  perbandingan antara konsumsi  pakan (BK) dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi nilai konversi pakan yaitu macam imbangan pakan yang digunakan, bangsa ternak dan manajemen kandang. Hal ini sesuai dengan Amien et al. (2013) faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu kondisi ternak, daya cerna ternak, bangsa, jenis kelamin, kualitas dan kuantitaf pakan, dan faktor lingkungan. Menurut Siregar (2008) standar konversi pakan yang baik pada sapi perah yaitu sebesar 8,56 – 13,29.



·      PBBH
·      Konsumsi Total BK
·      Konversi Pakan
: 1,2 kg
: 7,62 kg
: 6,3






6
Efisiensi Pakan
 Berdasarkan praktikum diperoleh hasil efisiensi pakan 15,75%. Efisiensi pakan merupakan perbandingan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan jumlah pakan dalam bahan kering. Hal ini sesuai Latifudin (2002) konversi pakan yaitu besarnya pertambahan bobot badan yang dibandingkan dengan jumlah bahan kering yang dikunsumsi. Menurut  Siregar (2001) efisiensi pakan pada sapi potong yaitu antara 7,52% - 11,29%.  Faktor yang mempengaruhi nilai efisiensi pakan yaitu umur ternak, kualitas pakan dan bobot badan ternak. Hal ini sesuai dengan Nurdiati et al. (2012) faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan yaitu umur, kualitas pakan dan bobot badan.

·       PBBH
·       Konsumsi Total BK
·       Efisiensi Pakan


: 1,2 kg
: 7,62 kg
: 15,75 %


7
Daya Cerna
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil daya cerna 43,95%. Daya cerna merupakan ukuran nutrisi yang dapat diserat pada saluran pencernaan. Hai ini sesuai dengan  Carvalho et al. ( 2010) daya cerna merupakan nilai nutrisi yang dapat diserap oleh saluran pencernaan. Menurut Rianto et al. (2007) kecernaan sapi PFH yaitu 72,20%. Faktor yang mempengaruhi daya cerna yaitu lama pakan dalam saluran pencernaan, kandungan serat kasar pakan dan bahan penyusun ransum. Hal ini sesuai dengan Winarni (2008) faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan yaitu bentuk fisik dari bahan pakan, konsumsi ransum, dan laju perjalanan bahan pakan melalui saluran pencernaan.









·       Bobot Feses dalam BK
·       Konsumsi Total BK
·       Hasil Daya Cerna

:  4,26kg
: 7,62 kg
: 43,95 %




8
Feed Cost per Gain
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil feed cost per gain sebesar Rp 12.744. Feed cost per gain merupakan biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan 1kg pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan Purbowati et al. (2004) feed cost per gain merupakan biaya pakan untuk menaikkan 1 kg pertambahan bobot badan. Nurdiati et al., (2012) menambahkan semakin rendah angka  feed cost per gain yang dicapai maka semakin baik dan angka feed cost per gain dapat diperkecil dengan cara mengoptimalkan pertambahan bobot badan serta menekan biaya pakan dengan menggunakan bahan pakan yang lebih efisien.

·       Harga Rumput Gajah
·       Harga konsentrat
·       Hasilnya
: Rp. 300/kg
: Rp. 2000/kg
: Rp.12.744.-
9



Evaluasi Perkandangan
·       Tipe Kandang         
·       Cara Penempatan Ternak   

: Stall berganda
: Tail to tail











  Berdasarkan praktikum diperoleh hasil tipe kandang yang digunakan yaitu tipe kandang tail to tail posisi ternak ternak saling membelakangi atau antara ekor dengan ekor saling berhadapan. Kelebihan penempatan dalam stall berganda adalah mempermudah dalam pembersihan kandang, sedangkan kekurangan penempatan  dalam stall berganda adalah terjadi persaingan pakan dalam pakan. Hal ini sesuai dengan Saqifah et al. (2010) kelebihan penempatan ternak secara tail to tail  yaitu memudahkan dalam pembersihan kandang, meminimalisir terjadinya penularan penyakit, dan memudahkan pengamatan pada ternak birahi. Kandang terbuat dari kontuksi dinding dari tembok, atap dari asbes, dan lantai beton. Pembuatan kandangan yang baik yaitu konstruksi kandang kuat, lantai, dinding dan atap. Menurut Yulianto dan Saparinto (2010) kontruksi kandang yang baik yaitu kerangka kandang terbuat dari bahan yang mampu menopang beban berat, atap kandang terbuat dari genting atau asbes, ijuk, dinding kandang terbuat dari tembok, lantai kandang terbuat dari bahan yang tidak licin, rata dan keras, serta terdapat tempat pakan dan minum.
10
Carrying Capacity
Berdasarkan praktikum diperoleh hasil carrying capacity dari lahan 13 ha yaitu 113 ekor dengan produksi lahan per tahun sebanyak 1.996.800 kg BS/tahun. Carrying capacity merupakan kemampuan lahan untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan ternakdalan waktu satu tahun. Hal ini sesuai dengan Alfian et al. (2012) yang menyatakan kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan lahan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh ternak dalam luasan satu  hektar untuk mencukupi kebutuhan hijaun satu tahun. Panjono et al. (2009) menyatakan bahwa manfaat dari penghitungan carrying capacity adalah dapat memprediksikan kapasitas suatu lahan hijauan yang tersedia dan mampu memenuhi kebutuhan ternak selama satu tahun. Rusdin et al. (2009) menambahkan bahwa padang penggembalaan yang produktif dapat memenuhi kebutuhan ternak dengan daya tampung minimal sebesar 2,5 UT/ha/tahun.


·       Produksi Lahan per Tahun
·       Produksi Lahan per Hari
·       Produksi per Hari dalam BK
·       Hasil CC
: 1.996.800 kg BS/th

: 547060 kg BS/hari

: 953 kg BK/hari

: 113 ekor















DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, L. 2009. Pola Pertumbuhan Rumput Signal (Brachiaria humidicola) pada Padang Penggembalaan dengan Aplikasi Sumber Nutrien Berbeda. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Alfian,Y., F.I. Hermansyah., E. Handayanta., Lutojo dan W.P.S. Suprayogi. 2012. Analisis daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di Daerah pertanian lahan kering kecamatan Semin Kabupaten Gunung kidul.Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 33-42.
Amien, I., Nasich, M., dan Marjuki. 2013. Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Pakan Sapi Limousin Cross Dengan Pakan Tambahan Probiotik. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang.
Carvalho,M. D. C. D., Soeparno dan N. Ngadiyono. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole dan Simmental Peranakan Ongole Jantan Yang Dipelihara Secara Feedlot. Buletin Peternakan. 34 (1): 38-46.
Kurniasari, F., N.A. Rahmadani., R. Adiwinarti., E. Purbowati., E. Rianto dan A. Purnomoadi. 2009. Pengaruh Level Konsentrat Terhadap Pemanfaatan Energi Pakan dan Produksi Nitrogen Mikroba Pada Sapi Peranakan Ongole Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 419-424.
Latifudin, D., A. Budiman dan D. Rusmana. 2002. Pengaruh Suplementasi Kobalt dan Vitamin B12 Terhadap Pertambahan Bobot Badan, Konsumsi Bahan Kering Dan Efisiensi Pen Ggunaan Pakan Domba Priangan. Jurnal Ilmu Ternak. 2 (2) : 60-64.
Nugraha, B. D. E., Handayanta dan E. T. Rahayu. 2013 Analisis Daya Tampung (Carrying Capacity) Ternak Ruminansia Pada Musim Penghujan di Daerah Pertanian Lahan Kering Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Tropical Animal Husbandry. 2 (1): 34-40.
Nurdiati, K., E. Handayana, dan Lutojo. 2012. Efisiensi Produksi Sapi Potong Pada Musim Kemarau Di Peternakan Ongole (PO) Jantan Pada Berbagai Bobot Hidup. Fakultas Peternakan, Kampus Baru Tembalang. Tropical Animal Husbandry. 1 (1) : 52–58.
Palulungan, J. A., Adiarto dan Tety Hartatik. 2013. Pengaruh Kombinasi Pengkabutan dan Kipas Angin Terhadap Kondisi Fisiologis Sapi Perah Peranakan Friesian Holland. Buletin Peternakan. 37 (3) : 189-197.
Panjono, W., P. Budi., S. Bambang dan B. Endang. 2009. Pengaruh Penjemuran terhadap Kenyamanan dan Kinerja Produksi Sapi Peranakan Ongole. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Buletin Peternakan. 33 (1): 17-22.
Purbowati, E.,  Endang Baliarti dan Subur Priyono S. Budhi.2004. Feed Cost Per Gaindomba Yang Digemukkan Secara Feedlotdengan Pakan Dasar Jerami Padi dan Level Konsentrat Berbeda Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak : 169-174.
Rianto, E., Mariana Wulandari dan Retno Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan Protein Pada Sapi Jantan Peranakan Ongole dan Peranakan Friesian Holstein yang Mendapatpakan Rumput Gajah, Ampas Tahu dan Singkong Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 64-70.
Rusdin, M. I., Mustaring., P. Sri., A. I. Atik dan U. D. Sri. 2009. Studi Potensi Kawasan Lore Tengah Untuk Pengembangan Sapi Potong. 2 (2) : 94–103.
Saqifah. N., E. Rianto dan E. Purbowati. 2010. Pengaruh Ampas the dalam Pakan Konsentrat terhadap Konsentrasi VFA dan NH3 Cairan Rumen untuk Mendukung Pertumbuhan Sapi Peranakan Ongole. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan veteriner. Semarang.
Siregar, S. B. 2001. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S. B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siregar, S.B. 2010. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarmidi,  A. R. 2004. Pengaruh Pemberian Ransum yang Mengandung Ampas Tebu  Hasil Biokonversi oleh Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) terhadap Performans Domba Priangan. JITV. 9 (3) : 157-163.
Wibowo, T. 2008. Rata-rata HTC (Heat Tolerance Coefficient) dan Pertambahan Bobot Badan Sapi PFH (Peranakan Fries Holland) Jantan yang Diberikan Pakan Serat Kasar Tinggi. Universitas Brawijaya, Malang
Winarni. 2008. Pengaruh Substitusi Rumput Raja Dengan Limbah Media Tanam Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Terhadap Kecernaan Pakan Pada Pedet Peranakan Friesian Holstein Jantan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Yani, A dan B.P. Purwanto. 2006. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN) Media Peternakan. 29 (1) : 35-46.
Yulianto, P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Penebar Swadaya, Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar