MAKALAH TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PAKAN
“PENGOLAHAN DAN
PENGAWETAN RUMPUT GAJAH”
Disusun oleh :
MUHAMMAD FAHIM RIDHO
23010112130186
JURUSAN S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN
PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan setiap bahan yang dapat dimakan , disukai, dicerna
dan tidak membahayakan bagi kesehatan ternak. Agar bahan dapat disebut dengan
pakan maka harus memenuhi persyaratan tersebut.Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan
diserap baik secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan
atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkonsumsinya ( Kamal, 1998 dalam
Subekti, 2009). Sedangkan yang dimaksud dengn ransum adalah campuran dari beberapa bahan pakan
yang disusun untuk memenuhi kebutuhan ternak dalan waktu 24 jan sehingga zat
gizi yang dikandungnya seimbang sesuai kebutuhan ternak ( Indah dan Sobri, 2001 dalam Subekti, 2009). Bahan-bahan
pakan yang diberikan untuk ternak dapat
dibedakan menjadi pakan asal tanaman
dan pakan asal hewan. Bahan pakan
asal hewan seperti tepung ikan, tepung tulang, tepung daging, tepung darah,
tepung bulu dan tepung udang. Bahan-bahan asal tanaman seperti hijauan dan
biji-bijian.
Bahan pakan asal hijauan dapat dibedakan
menjadi rumput dan leguminosa. Hijauan
pakan atau disebut forage merupakan tanaman pakan yang berasal dari
rumput dan kacang-kacangan yang diambil hijauannya sebagai bahan pakan
(Purbajanti, 2012). Pakan hijauan tidak terjamin sepanjang tahun secara kuantitatif
dan kualitatif, pada saatmusim hujan hijauan yang tersedia sangan melimpah
sedangkan saat tiba musim kemarau atau panas hijauan pakan sangat sulit
penyediaannya untuk memenuhi kebutuhan ternak terutama ternak ruminansia. Oleh
karena itu perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan hijauan agar supaya
hijaua pakan selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan ternak tersebut. Tujuan utama
dalam pengawetan hijauan adalah untuk
memelihara atau mempertahankan kualitas dan kuantitas nutrisi hijauan dengan
meminimalkan kehilangan pada saat pemanenan dan penyimpanan (Rotzdan Muck, 1994
dalam Mansyur et al., 2007). Sedangkan keuntungandari pengawetan hijauan adalah dapat dipertahankan
kualitasnya atau komposisi nutriennya hingga berakhirnya masa penyimpanan
(Sugiri et ai., 1981 dalam Subekti et al., 2013).
Pengolahan dan pengawetan bahan pakan dapat
dilakukan dengan cara fisik atau mekanik, kimiawi, biologis dan kobinasinya.
Perlakuan secara fisik dapat dilakukan dengan cara penjemuran, pencacah atau
pemotongan, penggiling, penghancuran serta pembuatan pelet (Wahyono dan
Hardiyanto, 2004). Perlakuan secara kimiawi dilakukan dengan cara menanbahkan
bahan kimia seperti amoiasi. Amoniasi merupakan
salah satu perlakuan bahan pakan secara kimiawi yang bersifat alkalis sehingga dapat melarutkan
hemiselulosa dan memutuskan ikatan atara lignin dan selulosa atau emiselulosa (Klopfenstein,
1987 dalam Pprastyawan at al., 2012). Perlakuan secara biologis dapat dilskukan
dengan cara fermentasi dengan menggunakan mikroba starter, proses fermentasi
ini bermanfaat untuk menurunkan kadar serat kasar, meningkatkan kecernaan dan
meningkatkan kadar protin bahan pakan (Tampoebolon, 1997 dalam Pprastyawan at
al., 2012). Dan perlakuan secara
kombinasi dapat dilakukan dengan cara gabungan dari fisik-kimia, fisik-biologi dan
atau biologi-kimia.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu
untuk mendeskripsikan pengawetan hijauan pakan berupa rumput gajah secara fisik
dengan cara pengeringan yang sering disebut hay, sehingga hijauan pakan
tersebut dapat tersedia terus-menerus sepanjang tahun untuk memenuhi kebutuhan
pakan ternak terutama ternak ruminansia.
BAB II
ISI
2.1
Kaakteristik Rumput Gajah
Rumput gajah (pennicetum purureum)
atau rumput napier merupakan jenis
hijauan pakan ternak yang mempunyai kualitas tinggi dan disukai oleh ternak (Rianto
dan Purbowati, 2010). Karatteristik dari rumput ini yaitu tumbuh tinggi, kuat,
perakaran dalam, berkembang dengan rhizome, batang dan daun bagian permukaan
atas berbulu dan bunga berwarna kunig atau coklat. Rumput Gajah adalah salah
satu jenis rumput unggul yang sekarang banyak ditanam oleh para peternak, rumput
ini memiliki kandungan bahan kering (BK) 21%, protein kasar (PK) 9,6%, lemak
kasar (LK) 1,9%, Total Digestible Nutrients(TDN) 52,4% (SIREGAR, 2003 dalam Rianto
et al., 2007).
2.2
Proses Pembuatan Hay
Hay
merupakan hijauan berupa daunan jenis rumputan atau bijian yang sengaja dipanen
menjelang berbunga yang dikeringkan baik dengan cara diangin-anginkan maupun
dengan cara dikeringkan dengan panas matahari secara langsung. Hay merupakan hijauan makanan ternak yang sengaja dipotong dan dikeringkan agar
bisa diberikan kepada ternak pada kesempatan
yang lain. Tujuan
dari pembuatan hay ini yaitu hay adalah untuk mengurangi tingkat kandungan air
dari hijauan hingga pada suatu level dimana menghambat aksi dari enzim-enzim
baik yang dihasilkan oleh tanaman maupun mikrobial (Mc Donald et al., 2002
dalam Mansyur et al., 2007), untuk dapat menyediakan hijauan pakan untuk
ternak pada saat-saat tertentu, seperti
dimasa paceklik atau musim kemarau, untuk dapat memanfaatkan hijauan
pada saat pertumbuhan terbaik tetapi pada saat itu belum dimanfaatkan.
Sedangkan prinsip dari proses pembuatan hay ini adalah menurunkan kadar air menjadi
15-20% dalam waktu yang singkat, baik
dengan panas matahari ataupun panas buatan.
Menurut
Yulianto dan Saparinto (2010) bahwa proses
pembuatan hay yaitu pertama menyiapkan hijauan pakan (rumput gajah) yang
kemudian memotong- motongnya baik dengan cara manual dengan pisau atau sabit
maupun dengan menggunakan mesin pencacah rumput dan dilakukan penimbangan untuk
mengetahui kadar airnya, kemudian jemur hijauan dibawah sinar atahari
selama 1-2 hari agar kadar air menjadi
20-25% dan perlu dilakukan penimbangan setiap 5 jam untuk mengetahui kadar
airnya. Jika pengeringan sudah merata selanjutnya hijauan diikat dan hay
disimpan digudang. Ciri-ciri hay yang baik adalah warna hijau kekuningan,
tidak
banyak daun yang rusak, bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau
berjamur, serta tidak mudah patah bila batang dilipat dengan tangan (Subekti,
2009).
2.3 Hay Rumput Gajah
Rumput
gajah (pennicetum purureum) atau rumput napier merupakan jenis hijauan pakan ternak yang
mempunyai kualitas tinggi dan disukai oleh ternak (Rianto dan Purbowati, 2010).
Pengawetan rumput gajah dengan pengeringn atau hay merupakan cara yang tepat,
sehingga kualitas rumput gajah terjaga dan dapat di berikan pada ternak untuk
kebutuhannya sepanjang tahun. Menurut Rianto et al., (2006) bahwa hay rumput
Gajah memiliki kandungan nutrisi Air 13,38%, Abu 15,98%, LK 3,38% PK 9,82% SK
23,88%. Energi 2.992 kcal/kg. Sedangkan menurut Santoso Dan Hariadi (2008) BK 83,4%, BO 87,8%,
PK 12,4%, NDF 70,0%, LK 1,9% dan NFC 3,4%.
Menurut
Wina (2008) menyatakan bahwa penyebabkan
penurunan kadar senyawa karotenoid yang sangat signifikan (83% hilang) selama
proses pembuatan hay karena senyawa
karotenoid sangat labil dan mudah rusak radiasi oleh panas atau terekpos oleh
sinar UV pada pengeringan hijauan di bawah sinar matahari. WILLIAM et al.(1998) dalam Wina (2008) melaporkan kandungan rata-rata
β-karoten dalam hijauan segar, dan hijauan yang dibuat ”hay” masing-masing
adalah 196 dan 36 mg/ kg bahan kering. Jadi hijauan segar yang dibuat menjadi
hay akan menalani penurunan kadar β- karoten dan senyawa karotenoid. Menurut
Nista et al., (2007) bahwa Keuntungan atau kebaikan pembuatan hay yaitu
kandungan vitamin D dalam hijauan lebih tinggi, sedangkan Kekurangan dari
pembutan hay yaitu proses pengeringan berlangsung
lebih lama menyebahkan penurunan gizi relatif lebih besar, selama proses
pengeringan ini sel-sel terus bernapas, menggunakan energi eperti gula dan
karbohidrat yang menghasilkan CO2 dan Karotin
(pro-vitamin A) menurun.
BAB III
KESIMPULAN
Rumput gajah (pennicetum
purureum) atau rumput napier
merupakan jenis hijauan pakan ternak yang mempunyai kualitas tinggi dan
disukai oleh ternak. Pengawetan dengan pembuatan hay merupakan cara yang tepat
untuk rumput gahaj ini, sehingga hijauan dapat tersedia untuk memenuhi
kebutuhan ternak sepanjang tahun. Pembuatan hay merupakan cara yang lebih mudah
diakukan untuk pengawetan rumput gajah dengan mengandalkan panas dari sinar
matahari. Kualitas hay rumput gajah dipengaruhi
oleh masa pemotongan rumput dan lama penyinaran matahari, pemotongan yang baik
rumput dipotong menjelang berbunga dan pengeringan sebaiknya rumput tidak terkena
sinar matahari secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Mansyur, Tidi
Dhalika, U. Hidayat Tanuwiria Dan Harun Djuned. 2007. Proses Pengeringan Dalam
Pembuatan Hay Rumput Signal (Brachiaria decumbens) Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner : 714-720.
Nista, D., Hesty
Natalia dan A. Taufik. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan. Departemen Pertanian Direktorat
Jenderal Bina Produksi Peternakan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan
Ayam, Sembawa.
Rianto, E dan E
Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rianto, E.,
Deasy Anggalina, Sularno Dartosukarno dan Agung Purnomoadi. 2006. Pengaruh Metode
Pemberian Pakan Terhadap Produktivitas Domba Ekor Tipis. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner : 361-365.
Rianto, E.,
Mariana Wulandari dan Retno Adiwinarti. 2007. Pemanfaatan Protein Pada Sapi
Jantan Peranakan Ongole Dan Peranakan Friesian Holstein Yang Mendapatpakan
Rumput Gajah, Ampas Tahu Dan Singkong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner : 64-70.
Santoso, B. Dan B. Tj. Hariadi. 2008. Komposisi Kimia,
Degradasi Nutrien dan Produksi Gas Metana in VitroRumput Tropik yang Diawetkan
dengan Metode Silase dan Hay. Media Peternakan Vol. 31 No. 2: 128-137
Subekti, Endah. 2009. Ketahanan Pakan Ternak Indonesia.
Mediagro Vol. 5 No. 2 : 63 – 71.
Subekti, G.,
Suwarno dan Nur Hidayat. 2013. Penggunaan Beberapa Aditif Dan Bakteri Asam
Laktat Terhadap Karakteristik Fisik Silase Rumput Gajah Pada Hari Ke- 14. Jurnal
Ilmiah Peternakan 1(3): 835–841.
Ternak Purbajanti
Endang Dwi. 2012. Rumput Dan Legum; Sebagai Hijauan Makanan. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Wina, Elizabeth.
2008. Manfaat Senyawa Karotenoid Dalam Hijauan Pakan Untuk Sapi Perah. Semiloka
Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020 : 124-129.
Yulianto,
P dan C. Saparinto. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Peebar Sw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar