Senin, 26 Mei 2014

LAPORAN BIOKIMIA


BAB I
PENDAHULUAN
Setiap makhluk hidup memerlukan asupan nutrisi untuk mempertahankan hidupnya.Nutrisi yang dikonsumsi selebihnya banyak mengandung protein, karbohidrat, lemak, maupun senyawa organik lainnya yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Nutrisi tersebut tidak secara langsung dapat dicerna oleh tubuh, melainkan harus melewati beberapa proses reaksi kimia untuk mengubah senyawa kompleks menjadi sederhana, karena dengan proses penyederhanaan ini makanan dapat lebih mudah untuk diserap oleh tubuh dan dalam proses penyederhanaan ini berbentuk ATP.Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil.Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen, dan oksigen. Protein adalah senyawa organik yang memerlukan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Lipid yaitu suatu ester asam lemak dengan gliserol.Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon, dimana tiap karbonnya mempunyai gugus –OH.Glikolisis yaitu suatu reaksi anaerob yang terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat.
Tujuan dari praktikum Biokimia adalah mengetahui proses pencernaan karbohidrat, protein, lemak dan glikolisis. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah dapat melakukan pengujian proses pencernaan karbohidrat, protein,lemak, dam  reaksi kimia glikolisis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Karbohidrat
2.1.1.   Pengertian Karbohidrat
            Biomolekul karbohidrat merupakan glongan utama bahan organik, dan ditemukan pada semua bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Karbohidrat adalahkomponen dalam makanan yang merupakan sumber energi yang utama bagi organisme hidup (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005). Energi metabolis biomolekul karbohidrat lebih tinggi dari biomolekul lain. Karbohidrat tidak hanya sebagai nutrien yang berenergi tinggi, karbohidrat juga sebagai senyawa pemanis yang tidak kalah pentingnya sebagai komponen gizi, yaitu sebagai gula (Hawab, 2003).
2.1.2.   Klasifikasi Karbohidrat
            Karbohidrat dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu monosakarida, oligosakarida, dan golongan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sedehana yang tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis, monosakarida dibagi beberapa golongan yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa                               (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005). Oligosakarida adalah gabungan 3 molekul monosakarida, oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida.Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul lebih kompleks dari mono atau oligosakarida, molekul polisakarida terdiri dari banyak monosakarida (Hawab, 2003).
2.1.3.   Proses Pencernaan Karbohidrat
            Karbohidrat dalam sel tubuh mengalami berbagai proses kimiawi. Proses pencernaan karbohidrat dalam tubuh diperlukannya enzim, karena dengan enzim karbohidrat tersebut dapat dicerna atau dihidrolisis dengan baik. Enzim yang khusus untuk menghidrolisis karbohidrat yaitu amilase yang berasal dari saliva dan pangkreas, yang mengubah karbohidrat menjadi glukosa (Hawab, 2004). Hasil akhir dari proses pencernaan karbohidrat yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa serta monosakarida yang lainnya (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
2.2.      Protein
2.2.1.   Pengertian Protein
Istilah protein yang dikemukakan petama kali oleh ilmuan belanda G. J. Nulder pada tahun 1939.Berasal dari bahasa Yunani “proteos” yang berarti “yang pertama” atau “yang paling utama” (Sumardjo, 2006).Molekul protein mengandung unsur C, H, O dan unsur N yang tidak terdapat dalam karbohidrat maupun lemak (Poedjiadi, 2007).

2.2.2.   Klasifikasi Protein
Menurut bentuk molekulnya protein terbagi menjadi tiga yaitu protein globular yang tersusun dari rantai polipeptida, protein fibrosa yang terdiri dari polipeptida panjang dan dihubungkan ikatan sistein, serta protein terkonjugasi yang tersusun atas protein sederhana dan gugus lain yang tidak menunjukkan protein (Poedjiadi, 2007). Protein yang terdapat pada tanamandikenal sebagai protein nabati, yang dibentuk dari bahan-bahan yang terdapat di dalam tanah dan air melalui proses biokimiawi yang rumit. Protein yang terdapat pada hewan dikenal sebagai protein hewani, yang umumnya mengandung asam alfa amino yang sama dengan yang digunakan manusia (Sumardjo, 2006).
2.2.3. Proses Pencernaan Protein
Perombakan protein dalam mulut secara mekanik oleh gigi hanya mengubah protein yang besar menjadi potongan-potongan kecil.Pencernaan protein secara enzimatik dimulai dari lambung. Protein dalam lambung akan mengalami denaturasi oleh asam klorida sehingga protein tersebut relatif mudah dipengaruhi oleh pepsin (Sumardjo, 2006).Pepsin menyerang ikatan peptida yang berdekatan dengan asam amino aromatik dan ikatan-ikatan yang menyangkut asam-asam dikarboksilat, glutamat dan aspartat (Poedjiadi, 1994).


2.3.      Lemak
2.3.1.   Pengertian Lemak
            Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia  dan sangat berguna bagi kehidupan manusia adalah lipid atau lemak. Lipid atau lemak secara umum ialah kelompok zat atau senyawa organik yang disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak (Hawab, 2003).Macam senyawa-senyawa serta kualitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang digunakan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).

2.3.2.   Klasifikasi Lemak
            Senyawa-senyawa yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan. Terdapat beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, (2) lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, dan (3) derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).Komponen-komponen hidrokarbon yang membangun makromolekul lipid, maka lipid digolongkan atas trigliserida, fosfogliserida, spingolipid, malam/wax, terpen, steroid, dan prostaglandin (Hawab, 2003).
2.3.3.   Proses Pencernaan Lemak
            Proses pencernaan lemak yang terjadi dalam tubuh dikarenakan adanya suatu proses hidrolisis lemak yang diurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun (Hawab, 2003). Lemak yang dikonsumsi oleh tubuh maka akan  terhidrolisis oleh enzim lipase yang terdapat dalam cairan pankreas dan proses hidrolisis ini terjadi dalam usus halus (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
2.4.      Glikolisis
Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan oksigen (Ngili, 2009). Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Dalam reaksi anaerob terjadi pengubahan glukosa menjadi alkohol, CO2 danH2O (Hawab, 2004). Pemecahan glukosa menjadi asam laktat dan H+ sering terjadi sebagai ganti pembakaran lengkap glukosa sampai CO2  dan H2O. Dalam beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan etanol dan CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan asam piruvat menjadi asetaldehide, reaksi reduksi asetaldehide menjadi alkohol. Dalam reaksi yang pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehide dan CO2 oleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam hewan. Reaksi dekarboksilasi ini merupakan reaksi yang tidak reversible, membutuhkan ion Mg++ dan koenzim tiamin piropospat. Dalam reaksi terakhir, asetaldehide direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase, menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan hasil akhir fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkannya sama dengan glikolisis anaerob, yaitu 2 ATP(Simanjuntak dan Silalahi, 2003).


BAB III
MATERI DAN METODE
            Praltikum Biokimia dengan materi Pencernaan Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Glikolisis pada Sel Ragi dilaksanankan pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2013 pukul 07.00 – 09.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1.      Materi
3.1.1.   Pencernaan Karbohidrat
            Materi yang digunakan dalam praktikum pencernaan karbohidrat yaitu tabung reaksi, rak tabung reaksii, beker glass, erlenmeyer, corong, kertas saring, waterbath, pipet tetes, pipet filler, pipet ukur, cawan porselin, dan spatula.Bahan yang digunakan yaitu larutan HCL, amilum, ekstrak pankreas, air, NaCl, NaOH, saliva, dan larutan iod.
3.1.2.   Pencernaan Protein
Materi yang digunakan pada praktikum pencernaan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, label, erlenmeyer, beker glass, kompor, panci, cawan petri, spatula, pipet filler, pipet ukur, botol, dan waterbath.Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel protein berupa putih telur, HCl, NaOH, pepsin, ekstrak pankreas, pepsin panas, ekstrak pankreas panas dan air.
3.1.3.   Pencernaan Lemak
Materi yang digunakan dalam praktikum pencernaan karbohidrat adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer, beker glass, barer bias, spuit, pipet filler, pipet ukur, waterbath, dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pencernaan lemak antara lain minyak goreng, aquades, larutan ekstrak pankreas, cairan empedu, larutan fenoltalei (PP 1%), dan Larutan NaOH 0,1 N.
3.1.4.   Glikolisis
Praktikum Pencernaan Karbohidrat, Pencernaan Protein, Pencernaan Lemak dan Glikolisis Pada Sel Ragi menggunakan alat dan bahan sebagai berikut, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, beker glass, lampu bunsen, penjepit, pipet tetes, inkubatori, mortal berfungsi untuk menghancurkan ekstrak pankreas, pisau berfungsi memotong putih telur, gelas erlenmeyer berfungsi sebagai menampung putih telur, aquades, larutan pepsin, cairan empedu, larutan fenolftalein (PP) 1%, minyak goreng, glukosa, ragi, air, dan ragi panas.
3.2.      Metode
3.2.1.   Pencernaan Karbohidrat
            Metode yang digunakan yaitu memasukkan 5 ml amilum pada setiap tabung reaksi. Praktikum dengan materi pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin yaitu tabung reaksi pertama menambahkan 1 ml air menggunakan pipet ukur yang berbeda disetiap pengambilan suatu larutan, tabung ke dua menambah 1 ml NaCl, tabung ke tiga menambahkan 1ml saliva yang sebelumnya melakukan kumuran NaCl kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang disaring terlebih dahulu oleh kertas saring yang telah diletakkan di corong dan menuggu hingga kumuran saliva tidak menetes lagi. Menambahkan 2 ml ekstrak pankres dan 1 ml air pada tabung ke empat. Tabung ke lima menambahkan 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml HCL 0,1 N. Tabung reaksi ke enam menambahkan 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml NaOH 0,1 N menggunakan pipet ukur yang berbeda dengan pipet yang telah digunakan. Semua tabung reaksi diinkubasi menggunakan waterbath selama 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit secara berturut-turut mengambil larutan untuk diamati.Waktu yang telah ditentukan untuk mengambil dua tetes larutan dari semua tabung reaksi ke cawan porselin pada letak yang berbeda, kemudian menambahkan satu tetes larutan iod pada cawan porselin yang terdapat larutan dari semua tabung reaksi, setelah itu melakukan pengadukkan menggunakan spatula hingga warna terbentuk.
3.2.2.   Pencernaan Protein
      Uji pencernaan protein dilakukan dengan memberi label pada tiap tabung reaksi dengan huruf D-I.Merebus telur menggunakan kompor dan panci.Putih telur yang sudah direbus diletakkan di cawan petri kemudian dipotong sekecil mungkin untuk dimasukkan kedalam tabung reaksi.Menambahkan masing-masing 2 ml pepsin pada tabung D dan E, kemudian menambahkan 2 ml pepsin panas pada tabung F. Menambahkan 2 ml ekstrak pankreas ke tabung G dan H serta 2 ml ekstrak pankreas panas pada tabung I. Menambahkan 1 ml air ke tabung D dan G, 1 ml HCl 0,45% ke tabung E dan F, dan NaOH 0,1 N ke tabung H dan I. Tabung D-I diletakkan dalam rak dan dimasukkan kedalam waterbath dengan suhu 37o C selama 30 menit. Kemudian amati dan catat reaksi yang terjadi.
3.2.3.   Pencernaan Lemak
Metode yang digunakan adalah menyiapkan tiga tabung reaksi dan memberikan label (1, 2 dan 3) pada tabung reaksi.Memasukkan masing-masing 2 ml minyak goreng pada tabung reaksi.Menambahkan tabung pertama dengan 1 ml ekstrak pankreas.Menambahkan tabung kedua dengan 1 ml ekstrak pankreas dan 3 tetes cairan empedu.Menambahkan tabung ketiga dengan 1 ml air.Memasukkan semua tabung ke dalam inkubator yan bersuhu 37° Cselama 60 menit. Menambahkan masing-masing 5 tetes larutan fenoltalein (PP) 1% pada setiap tabung reaksi dan menetesi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi merah muda.
3.2.4.Glikolisis
Metode yang dilakukan saat glikolisis pada sel ragi adalah menyiapkan alat dan bahan, kemudian menuangkan glukosa pada gelas ukur sebanyak 10 mL dan menuangnya kedalam tabung leher angsa, menuangkan ragi pada gelas ukur sebanyak 10 mL dan kemudian mencampurkan ragi kedalam 10 mL glukosa tadi yang telah dituang kedalam tabung leher angsa I, , melakukan hal yang sama pada tabung leher angsa II yaitu dengan menuangkan air kedalam gelas ukur 10 mL dan menuangkannya kedalam tabung leher angsa, kemudian menuangkan ragi dalam gelas ukur sebanyak 10 mL dan mencampurkannya kedalam tabung leher angsa yang berisi glukosa melakukan hal yang sama pada tabung leher angsa III yaitu dengan menuangkan glukosa dalam gelas ukur sampai 10 mL dan mencampurnya kedalam tabung leher angsa, kemudian menuangkan ragi panas dan mencampukannya kedalam tabung leher angsa, menutup dengan plastik pada masing-masing ujung tabung leher angsa dan mengikatnya dengan menggunakan karet.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Pencernaan Karbohidrat
4.1.1.   Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin
            Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan karbohidrat memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Tabung reaksi
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
15’
30’
45’
60‘
1
5 ml amilum + 1 ml air
( - )
Biru
( - )
Biru
( - )
Biru
( - )
Biru
2
5 ml amilum + 1 ml NaCl
( - )
Biru
( - )
Biru
( - )
Biru
( - )
Biru
3
5 ml amilum + 1 ml saliva
( + )
Kuning
( + )
Kuning
( + )
Kuning
( + )
Kuning
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
            Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hanya tabung reaksi ke tiga saja yang bereaksi positif sedangkan tabung pertaman dan kedua mengalami reaksi negatif.Warna yang dihasilkan dari reaksi positif yaitu berwarna kuning sedangkan warna yang dihasilkan dari reaksi negatif yaitu berwarna biru. Berdasarkan pendapat Hawab (2003) bahwa larutan pati atau glikogen yang struktur makromolekulnya berbentuk heliks, dengan larutan iodium akan berwarna merah, biru sampai dengan biru tua.Tabung reaksi yang bereaksi negatif karena amilum yang sebagai sumber karbohidrat tidak dapat dipecah jika direaksikan dengan air, karena air bukan suatu enzim yang dapat memecah amilum. Hal ini sama dengan pada tabung kedua yang bereaksi negatif, yaitu amilum tidak bereaksi dengan NaCl, karena NaC juga bukan sebuah enzim sehingga tidak dapat memecah amilum. Tabung reaksi yang ketiga terjadi reaksi positif, yaitu terjadi perubahan warna kuning.Tabung reaksi ketiga amilum bereaksi dengan saliva karena saliva mengandung enzim ptialin atau amilase sehingga dapat memecah amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Suprianti (2005) bahwa saliva adalah cairan kental yang terdiri atas beberapa ion, zat-zat organik seperti musin dan enzim amilase atau ptialin. Enzim ptialin dalam saliva adalah suatu enzim amilase, yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis.
4.1.2.   Pencernaan karbohidrat oleh ekstrak pankreas (EP)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan karbohidrat memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Tabung reaksi
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
15’
30’
45’
60‘
4
5 ml amilum + 2 ml EP + 1 ml air
( + )
Kuning
( + )
Kuning
( + )
Kuning
( + )
Kuning
5
5 ml amilum + 2 ml EP + 1 ml HCl 0,1 N
( - )
Coklat
( - )
Coklat
( - ) Coklat
( - )
Coklat
6
5 ml amilum + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
( + )
Ungu
( + )
Ungu
( + )
Ungu
( + )
Ungu
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
            Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tabung reaksi ke empat dan ke enam bereaksi positif, tetapi terdapat perbedaan warna yaitu pada tabung ke empat berwarna kuning yang menunjukan terjadi reaksi, sedangkan pada tabung ke enam berwarna ungu yang menunjukan terjadi reaksi yang sempurna. Tabung reaksi yang kelima terjadi reaksi negatif yang berwarna coklat, karena amilum direaksikan dengan Ekstrak Pankreas yang dapat memecah amilum, namun kondisi yang ditentukan tidak mendukung untuk bereaksi yang berasal dari HCL yang diberikan. Seharusnya kondisi untuk mereaksikannya mendukung seperti suatu larutan yang bersifat basa karena kondisi pada usus yaitu bersifat basa. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2005) bahwa cairan yang dikeluarkan oleh pankreas mempunyai sifat basa, cairan makanan yang bersifat asam akan dinetralkan dan akhirnya bersifat basa. Tabung keempat terjadi reaksi positif karena amilum dapat bereaksi dengan ekstrak pankreas yang dapat memecah amilum, sedangkan penambahan air tersebut tidak mempengaruhi reaksi karena air memiliki pH yang netral.Tabung keenam terjadi reaksi yang sempurna berwarna ungu yaitu amilum yang bereaksi dengan ekstrak pankreas yang didukung oleh suasana basa dengan larutan NaOH yang bersifat basa seperti pada usus halus yang sebenarnya. Berdasarkan pendapat Hawab (2003) bahwa larutan akan berwarna merah, biru sampai biru tua disebabkan molekul iod terperangkap ke dalam heliks rantai polimer karbohidrat.
Tabung keempat dan keenam bereaksi positif karena terdapat Ekstrak Pankreas yang berperan sebagai enzim mampu memecah amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2005) bahwa cairan pankreas terdapat protein dan beberapa enzim, yaitu tripsin, kimotripsin, karbosopeptidase, amilase, lipase, fosfolipase, kolesteril ester hidrolase, ribonuklease, deoksiribo nuklease, dan kologenase. Amilase yang terdapat dalam cairan pankreas ini sama dengan amilase dalam saliva, yaitu berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin dan glikogen menjadi maltosa.Hal ini diperkuat oleh pendapat Hawab (2003) yang menyatakan bahwa amilum dapat dihidrolisis oleh enzim amilase sehingga dihasilkan molekul glukosa yang bermanfaat sebagai nutrien.Hidrolisis amilum, dekstrin atau glikogen dalam usus dapat berjalan dengan cepat sebab maltosa yang dihasilkan segera dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim maltase yang terdapat dalam cairan usus.
4.2.      Pencernaan Protein
4.2.1.   Pencernaan protein oleh pepsin
Berdasarkan praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Protein oleh Pepsin diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3. Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi 30’
D
Putih telur + 2 ml Pepsin + 1 ml Air
-
E
Putih telur + 2 ml Pepsin + 1 ml HCl 0,45%
+
F
Putih telur + 2 ml Pepsin Panas + 1 ml HCl 0,45%
-
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa pada tabung reaksi D menghasilkan reaksi negatif, ditunjukkan dengan tidak larutnya putih telur.Hal ini disebabakan karena pada tabung tersebut terdapat air yang menghambat kerja dari enzim pepsin, karena pepsin hanya bekerja pada suasana asam sedangkan air memiliki pH netral yaitu 7.Tabung F juga menghasilkan reaksi negatif, pepsin tidak dapat bereaksi karena pepsin yang digunakan sudah rusak yang disebabkan oleh pemanasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjadi (2007) yang menyatakan bahwa pencernaan protein oleh enzim bekerja pada suasana asam, apabila berada dalam suasana basa dan dipanaskan akan rusak dan tidak akan bekerja.
Pada tabung E menghasilkan reaksi positif, ditunjukkan dengan terlarutnya putih telur yang dimasukkan.Ini disebabkan putih telur bereaksi dengan pepsin yang didukung oleh adanya HCl yang bersifat asam.Hal ini sesuai dengan Sumardjo (2006) yang menyatakan bahwa pepsin yang merupakan enzim proteolitik bekerja baik pada pH 2-3.
4.2.2.   Pencernaan protein oleh ekstrak pankreas (EP)
Berdasarkan praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Protein oleh Pepsin diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi 30’
G
Putih telur + 2 ml Ekstrak Pankreas + 1 ml Air
-
H
Putih telur + 2 ml Ekstrak Pankreas + 1 ml NaOH0,1 N
+
I
Putih telur + 2 ml Ekstrak Pankreas Panas + 1 ml NaOH 0,1 N
-
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tabung reaksi G dan I menghasilkan reaksi negatif.Hal ini ditandai dengan tidak terlarutnya putih telur di kedua tabung tersebut. Hal ini dikarenakan pada tabung G terdapat air yang memliki pH 7 sedangkan ekstrak pankres akan bekerja pada suasana basa (pH >7). Pada tabung negatif I dikarenakan ekstrak pankreas tidak bekerja karena rusak oleh pemanasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngili (2009) yang menyatakan bahwa pencernaan protein oleh enzim dari ekstrak pankreas paling baik bekerja pada suasana basa dan enzim mengalami kerusakan apabila dipanaskan.
Tabung H menunjukkan reaksi positif yang ditandai terlarutnya putih telur, enzim dari ekstrak pankreas bekerja baik karena terdapat NaOH yang memiliki pH basa. Hal ini sesuai dengan Sumardjo (2006) yang menyatakan bahwa enzim yang berasal dari pankreas seperti tripsin, karboksipeptidase, kimotripsin serta enzim yang berasal dari sel epitel usus halus bekerja bersamaan pada pH yang bersifat basa.
4.3. Pencernaan Lemak
4.3.1.   Pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas (EP)
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan lemak memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.Hasil Pengamatan Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas
Tabung reaksi
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
A
2 ml minyak goreng + 1 ml air
-
B
2 ml minyak goreng + 1 ml EP
-
C
2 ml minyak goreng + 1 ml EP + 3 tetes empedu
+
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan hasil percobaan pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol. Tabung A reaksi yang terjadi menunjukkan hasil negatif (-) karena tetesan fenolptalein (PP) yang diteteskan dalam jumlah yang sedikit yaitu sebanyak satu tetes, pada tabung reaksi B reaksi menunjukkan negatif (-) sama halnya dengan tabung reaksi A dan jumlah tetesan PP yang diberikan sebanyak 5 tetes, sedangkan pada tabung reaksi C menunjukkan reaksi positif , hal ini disebabkan karena tetesan PP yang diberikan cukup banyak yaitu sejumlah 10 tetes. Semakin banyak asam lemak yang dibebaskan, akan semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisirnya. Tabung C mengalami pencernaan paling baik yang menghasilkan banyak asam lemak dan gliserol.Minyak goreng teremulsi dengan sempurna oleh cairan empedu sehingga dengan mudah dicerna oleh enzim pankreas. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2005) bahwa lemak yang dikonsumsi oleh tubuh maka akan terhidrolisis oleh enzim lipase yang terdapat dalam cairan pankreas dan proses hidrolisis ini terjadi dalam usus halus. Tabung A mengalami sedikit tercerna sehingga menghasilkan sedikit asam lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono (2006) yang menyatakan bahwa lipase dibantu oleh garam yang disekresikan oleh hati yang berfungsi untuk mengemulsikan makanan berlemak dan akan terbentuk emulsi partikel lipida yang lebih kecil. Tabung C bahwa lemak tidak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol karena lemak tidak larut.



3.4. Glikolisis
3.1. Glikolisis pada sel ragi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum glikolisis pada sel ragi memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Glikolisis Oleh Sel Ragi
Tabung reaksi
Reagen yang dimasukkan
Reaksi
45 menit
1
10 ml glukosa + 10 ml ragi
( + )
2
10 ml air + 10 ml ragi
( - )
3
10 ml glukosa + 10 ml ragi panas
( - )
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa pada saat uji glikolisis pada sel ragi menunjukkan bahwa pada tabung angsa pertama yang merupakan campuran antara glukosa dan ragi ditandai dengan munculnya gelembung saat dibiarkan selama 45 menit hal itu terjadi karena mikroba yang terdapat pada ragi dapat memecah glukosa untuk melakukan proses terjadinya glikolisis akibat dari tersedianya energi berupa glukosa dan kandungan karbohidrat pada ragi sehingga mikroba dapat melakukan proses glikolisis.Tabung kedua berisi larutan ragi dan aquades, sedangkan aquades bukan merupakan gula sehingga tidak bereaksi dengan ragi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa ragi akan bereaksi pada bahan-bahan yang mengandung gula, sedangkan aquades tidak mengandung gula, oleh karena itu mikroba tidak mendapat energi untuk memecah glukosa dala proses glikolisis. Tabung ketiga berisi larutan ragi panas dan glukosa, keduanya mengandung energi bagi mikroba untuk melakukan proses glikolisis apabila ragi dalam keadaan panas maka mikroba akan mati karena suhu terlalu tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Madigan et al. (2012) bahwa untuk bertahan hidup ragi membutuhkan air, makannan, dan lingkungan yang sesuai.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Simpulan
            Berdasarkan praktikum Biokimia yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil positif pada pencernaan karbohidrat disebabkan oleh adanya enzim ptialin dan enzim amilase pada saliva maupun pada ekstrak pankreas sehingga karbohidrat dapat terhidrolisis. Selain itu enzim akan bekerja optimum dalam keadaan keasaman yang sesuai. Hasil positif percernaan protein terjadi karena adanya enzim pencernaan protein yaitu pepsin dalam kondisi asam dan enzim-enzim proteolitik pankreas dalam kondisi basa.Hasil positif pencernaan lemak titandai dengan terlarutnya lemak oleh oleh enzim lipase yang mengalami hidrolisis oleh Ekstrak Pankreas yang diberikan. Hasil positif dari glikolisis oleh sel ragi ditandai dengan adanya gelembung yang menunjukan sel ragi mengalami proses glikolisis.
5.2.      Saran
            Pada saat praktikum berlangsung diperlukan lebih hati-hati dan teliti dalam melakukan percobaan karena terdapat bebda-benda yang mudah pecah dan bahan kimia yang cukup berbahaya. Selain itu, waktu yang digunakan harus lebih efisien karena dalam percobaan cukup lama dan prosedur yang digunakan harus sesuai dengan prosedur praktikum yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing, Malang.
Madigan, M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl dan D.P. Clark. 2012. Brock Biology of Microorganism Edition. Benjamin Cummings, San Fransisco.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia. Gajah Mada University Press, Jakarta.
Ngili, Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ngili, Y. 2009. Biokimia: Metabolisme dan Bioenergitika. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Poedjiadi A. 2007. Dasar-Dasar Biokima. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti, T, F. M. 2005. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi.Universitas Indonesia-press, Jakarta.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Simanjuntak M.T dan Silalahi, S. 2003. Diakses pada tanggal 30 Mei 2013. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsiml.pdf
Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

                                                                                                                                                                                   




LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Alat dan Fungsi
No.
Nama Alat
Gambar
Fungsi
1.
Beker glass
Wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium.

2.
Cawan petri
Alat untuk menyimpan suatu sampel.
3.
Cawan porselin
Alat untuk mereaksikan larutan dengan jumlah yang terbatas.
4.
Corong
Alat untuk membantu dalam memasukkan suatu larutan ke wadah yang lainnya.
5.
Erlenmeyer
Alat untuk menampung suatu larutan yang ingin direaksikan.
6.
Gelas ukur
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTG9gEPVvo928_K63aWRGNFKaEr4PlWyucpQxw1V_dv0Yds0bgUb0z3cQ
Alat untuk mengukur banyaknya larutan atau cairan yang akan digunakan dalam praktikum.
7.
Kertas saring
Alat untuk menyaring suatu larutan yang diinginkan.
8.
Kompor listrik
Alat untuk memanaskan suatu bahan praktikum.
9.
Panci
Alat untuk memasak suatu bahan praktikum.
10.
Pipet filler
Alat untuk menghisap suatu larutan dengan menggunakan pipet ukur.
11.
Pipet tetes
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQeWGKy2W7El5EE9eMN7UYFkWrOYW6BYeZxFB3TaDxtvWvqitgPHdxkwiQ
Mengambil suatu zat cair yang akan digunakan untuk praktikum dalam jumlah sedikit.
12
Pipet ukur
Alat untuk mengambil suatu larutan dengan jumlah yang ditentukan.
13.
Pisau
https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQv6fWelBfSACTu4lzJK6wtxTIyzDYgMacu0MVHJiS1WyJVUkoO8TJ6ul0
Untuk membuat irisan putih telur yang digunakan dalam praktikum.
14.
Rak tabung reaksi
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRA5Ev3cN1uUchvof8B7IRHTALypS6TozqED5-R400v5UqqCId6pNZLgA
Menempatkan tabung reaksi dengan teratur.
15.
Spatula
Alat untuk mengaduk suatu larutan.
16.
Tabung reaksi
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTeLBhuxCtE2i_AEwL1iYWixFCPFBVeQ5v3h7OtI283dPGDmTMOmSl7nA
Tempat mereaksikan bahan kimia.
17.
Waterbath
Alat untuk memanaskan tabung reaksi agar larutan yang berada pada tabung reaksi bereaksi lebih cepat.