BAB I
PENDAHULUAN
Setiap makhluk
hidup memerlukan asupan nutrisi untuk mempertahankan hidupnya.Nutrisi yang
dikonsumsi selebihnya banyak mengandung protein, karbohidrat, lemak, maupun
senyawa organik lainnya yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Nutrisi
tersebut tidak secara langsung dapat dicerna oleh tubuh, melainkan harus
melewati beberapa proses reaksi kimia untuk mengubah senyawa kompleks menjadi
sederhana, karena dengan proses penyederhanaan ini makanan dapat lebih mudah untuk
diserap oleh tubuh dan dalam proses penyederhanaan ini berbentuk ATP.Karbohidrat
adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil.Molekul
karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen, dan oksigen. Protein
adalah senyawa organik yang memerlukan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Lipid yaitu suatu ester
asam lemak dengan gliserol.Gliserol adalah suatu trihidroksi alkohol yang
terdiri atas tiga atom karbon, dimana tiap karbonnya mempunyai gugus
–OH.Glikolisis yaitu suatu reaksi anaerob yang terdiri atas serangkaian reaksi
yang mengubah glukosa menjadi asam laktat.
Tujuan dari
praktikum Biokimia adalah mengetahui proses pencernaan karbohidrat, protein,
lemak dan glikolisis. Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah
dapat melakukan pengujian proses pencernaan karbohidrat, protein,lemak,
dam reaksi kimia glikolisis.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Karbohidrat
2.1.1. Pengertian Karbohidrat
Biomolekul
karbohidrat merupakan glongan utama bahan organik, dan ditemukan pada semua
bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Karbohidrat adalahkomponen dalam
makanan yang merupakan sumber energi yang utama bagi organisme hidup (Poedjiadi
dan Supriyanti, 2005). Energi metabolis biomolekul karbohidrat lebih tinggi
dari biomolekul lain. Karbohidrat tidak hanya sebagai nutrien yang berenergi
tinggi, karbohidrat juga sebagai senyawa pemanis yang tidak kalah pentingnya
sebagai komponen gizi, yaitu sebagai gula (Hawab, 2003).
2.1.2. Klasifikasi Karbohidrat
Karbohidrat
dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu monosakarida, oligosakarida, dan
golongan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sedehana yang tidak
dapat diuraikan dengan cara hidrolisis, monosakarida dibagi beberapa golongan
yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2005). Oligosakarida adalah gabungan 3 molekul monosakarida,
oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida.Pada
umumnya polisakarida mempunyai molekul lebih kompleks dari mono atau
oligosakarida, molekul polisakarida terdiri dari banyak monosakarida (Hawab,
2003).
2.1.3. Proses Pencernaan Karbohidrat
Karbohidrat
dalam sel tubuh mengalami berbagai proses kimiawi. Proses pencernaan karbohidrat dalam
tubuh diperlukannya enzim, karena dengan enzim karbohidrat tersebut dapat
dicerna atau dihidrolisis dengan
baik. Enzim yang khusus untuk menghidrolisis karbohidrat yaitu amilase
yang berasal dari saliva dan pangkreas, yang mengubah karbohidrat menjadi
glukosa (Hawab, 2004). Hasil akhir dari proses pencernaan
karbohidrat yaitu
glukosa, fruktosa, galaktosa dan manosa serta monosakarida yang lainnya (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2005).
2.2. Protein
2.2.1. Pengertian Protein
Istilah protein yang dikemukakan
petama kali oleh ilmuan belanda G. J. Nulder pada tahun 1939.Berasal dari
bahasa Yunani “proteos” yang berarti “yang pertama” atau “yang paling utama”
(Sumardjo, 2006).Molekul protein mengandung unsur C, H, O dan unsur N yang
tidak terdapat dalam karbohidrat maupun lemak (Poedjiadi, 2007).
2.2.2. Klasifikasi Protein
Menurut bentuk molekulnya protein
terbagi menjadi tiga yaitu protein globular yang tersusun dari rantai polipeptida,
protein fibrosa yang terdiri dari polipeptida panjang dan dihubungkan ikatan sistein,
serta protein terkonjugasi yang tersusun atas protein sederhana dan gugus lain
yang tidak menunjukkan protein (Poedjiadi, 2007). Protein yang terdapat pada
tanamandikenal sebagai protein nabati, yang dibentuk dari bahan-bahan yang
terdapat di dalam tanah dan air melalui proses biokimiawi yang rumit. Protein
yang terdapat pada hewan dikenal sebagai protein hewani, yang umumnya
mengandung asam alfa amino yang sama dengan yang digunakan manusia (Sumardjo,
2006).
2.2.3. Proses
Pencernaan Protein
Perombakan protein dalam mulut
secara mekanik oleh gigi hanya mengubah protein yang besar menjadi
potongan-potongan kecil.Pencernaan protein secara enzimatik dimulai dari
lambung. Protein dalam lambung akan mengalami denaturasi oleh asam klorida
sehingga protein tersebut relatif mudah dipengaruhi oleh pepsin (Sumardjo,
2006).Pepsin menyerang ikatan peptida yang berdekatan dengan
asam amino aromatik dan ikatan-ikatan yang menyangkut asam-asam dikarboksilat, glutamat dan aspartat
(Poedjiadi, 1994).
2.3. Lemak
2.3.1. Pengertian Lemak
Salah
satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau
manusia dan sangat berguna bagi
kehidupan manusia adalah lipid atau lemak. Lipid atau lemak secara umum ialah
kelompok zat atau senyawa organik yang disentuh dengan ujung-ujung jari akan
terasa berlemak (Hawab, 2003).Macam senyawa-senyawa serta kualitasnya yang
diperoleh melalui ekstraksi sangat tergantung pada bahan alam sumber lipid yang
digunakan (Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
2.3.2. Klasifikasi Lemak
Senyawa-senyawa
yang termasuk lipid dapat dibagi dalam beberapa golongan. Terdapat beberapa
cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga golongan besar
yakni: (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, (2)
lipid gabungan, yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, dan (3)
derivat lipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).Komponen-komponen hidrokarbon yang membangun
makromolekul lipid, maka lipid digolongkan atas trigliserida, fosfogliserida,
spingolipid, malam/wax, terpen, steroid,
dan prostaglandin (Hawab, 2003).
2.3.3. Proses Pencernaan Lemak
Proses
pencernaan lemak yang terjadi dalam tubuh dikarenakan adanya suatu proses
hidrolisis lemak yang diurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses hidrolisis
ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim tertentu. Proses
hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
atau sabun (Hawab, 2003). Lemak yang dikonsumsi oleh tubuh maka akan terhidrolisis oleh enzim lipase yang terdapat
dalam cairan pankreas dan proses hidrolisis ini terjadi dalam usus halus
(Poedjiadi dan Supriyanti, 2005).
2.4. Glikolisis
Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif
karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan
oksigen (Ngili, 2009). Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan
oksigen atau aerob. Dalam reaksi anaerob terjadi pengubahan glukosa menjadi
alkohol, CO2 danH2O (Hawab,
2004). Pemecahan glukosa menjadi asam laktat dan H+
sering terjadi sebagai ganti pembakaran lengkap glukosa sampai CO2 dan H2O. Dalam beberapa jasad renik seperti ragi, glukosa dioksidasi menghasilkan
etanol dan CO2 dalam proses yang disebut fermentasi alkohol. Jalur
metabolisme proses ini sama dengan glikolisis sampai dengan terbentuknya
piruvat. Dua tahap reaksi enzim berikutnya adalah reaksi perubahan asam piruvat
menjadi asetaldehide, reaksi reduksi asetaldehide menjadi alkohol. Dalam reaksi
yang pertama piruvat didekarboksilasi diubah menjadi asetaldehide dan CO2
oleh piruvat dekarboksilase, suatu enzim yang tidak terdapat dalam
hewan. Reaksi dekarboksilasi ini merupakan reaksi yang tidak reversible,
membutuhkan ion Mg++ dan koenzim tiamin piropospat. Dalam reaksi terakhir,
asetaldehide direduksi oleh NADH dengan enzim alkohol dehidrogenase,
menghasilkan etanol. Dengan demikian etanol dan CO2 merupakan hasil akhir
fermentasi alkohol, dan jumlah energi yang dihasilkannya sama dengan glikolisis
anaerob, yaitu 2 ATP(Simanjuntak dan Silalahi, 2003).
BAB III
MATERI
DAN METODE
Praltikum
Biokimia dengan materi Pencernaan Karbohidrat, Protein, Lemak, dan Glikolisis
pada Sel Ragi dilaksanankan pada hari Jumat tanggal 24 Mei 2013 pukul 07.00 –
09.00 WIB di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan
Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.1. Materi
3.1.1. Pencernaan Karbohidrat
Materi
yang digunakan dalam praktikum pencernaan karbohidrat yaitu tabung reaksi, rak
tabung reaksii, beker glass,
erlenmeyer, corong, kertas saring, waterbath,
pipet tetes, pipet filler, pipet
ukur, cawan porselin, dan spatula.Bahan yang digunakan yaitu larutan HCL,
amilum, ekstrak pankreas, air, NaCl, NaOH, saliva, dan larutan iod.
3.1.2.
Pencernaan Protein
Materi yang digunakan pada
praktikum pencernaan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, label,
erlenmeyer, beker glass, kompor,
panci, cawan petri, spatula, pipet filler,
pipet ukur, botol, dan waterbath.Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel protein berupa putih telur,
HCl, NaOH, pepsin, ekstrak pankreas, pepsin panas, ekstrak pankreas panas dan
air.
3.1.3. Pencernaan Lemak
Materi yang digunakan dalam
praktikum pencernaan karbohidrat adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas
ukur, erlenmeyer, beker glass, barer
bias, spuit, pipet filler, pipet
ukur, waterbath, dan pipet tetes.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pencernaan lemak antara lain minyak
goreng, aquades, larutan ekstrak pankreas, cairan empedu, larutan fenoltalei
(PP 1%), dan Larutan NaOH 0,1 N.
3.1.4. Glikolisis
Praktikum Pencernaan Karbohidrat,
Pencernaan Protein, Pencernaan Lemak dan Glikolisis
Pada Sel Ragi menggunakan alat dan bahan sebagai
berikut, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, beker glass, lampu bunsen, penjepit, pipet tetes, inkubatori,
mortal berfungsi untuk menghancurkan ekstrak pankreas, pisau berfungsi memotong
putih telur, gelas erlenmeyer berfungsi sebagai menampung putih telur, aquades,
larutan pepsin, cairan empedu, larutan fenolftalein (PP) 1%, minyak goreng, glukosa, ragi, air,
dan ragi panas.
3.2.
Metode
3.2.1. Pencernaan Karbohidrat
Metode
yang digunakan yaitu memasukkan 5 ml amilum pada setiap tabung reaksi.
Praktikum dengan materi pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin yaitu tabung
reaksi pertama menambahkan 1 ml air menggunakan pipet ukur yang berbeda
disetiap pengambilan suatu larutan, tabung ke dua menambah 1 ml NaCl, tabung ke
tiga menambahkan 1ml saliva yang sebelumnya melakukan kumuran NaCl kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang disaring terlebih dahulu oleh kertas saring
yang telah diletakkan di corong dan menuggu hingga kumuran saliva tidak menetes
lagi. Menambahkan 2 ml ekstrak pankres dan 1 ml air pada tabung ke empat. Tabung
ke lima menambahkan 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml HCL 0,1 N. Tabung reaksi ke
enam menambahkan 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml NaOH 0,1 N menggunakan pipet ukur
yang berbeda dengan pipet yang telah digunakan. Semua tabung reaksi diinkubasi
menggunakan waterbath selama 15
menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit secara berturut-turut mengambil larutan
untuk diamati.Waktu yang telah ditentukan untuk mengambil dua tetes larutan
dari semua tabung reaksi ke cawan porselin pada letak yang berbeda, kemudian
menambahkan satu tetes larutan iod pada cawan porselin yang terdapat larutan
dari semua tabung reaksi, setelah itu melakukan pengadukkan menggunakan spatula
hingga warna terbentuk.
3.2.2. Pencernaan Protein
Uji
pencernaan protein dilakukan dengan memberi label pada tiap tabung reaksi
dengan huruf D-I.Merebus telur menggunakan kompor dan panci.Putih telur yang
sudah direbus diletakkan di cawan petri kemudian dipotong sekecil mungkin untuk
dimasukkan kedalam tabung reaksi.Menambahkan masing-masing 2 ml pepsin pada
tabung D dan E, kemudian menambahkan 2 ml pepsin panas pada tabung F. Menambahkan
2 ml ekstrak pankreas ke tabung G dan H serta 2 ml ekstrak pankreas panas pada
tabung I. Menambahkan 1 ml air ke tabung D dan G, 1 ml HCl 0,45% ke tabung E
dan F, dan NaOH 0,1 N ke tabung H dan I. Tabung D-I diletakkan dalam rak dan
dimasukkan kedalam waterbath dengan
suhu 37o C selama 30 menit. Kemudian amati dan catat reaksi yang
terjadi.
3.2.3. Pencernaan Lemak
Metode yang digunakan adalah
menyiapkan tiga tabung reaksi dan memberikan label (1, 2 dan 3) pada tabung
reaksi.Memasukkan masing-masing 2 ml minyak goreng pada tabung
reaksi.Menambahkan tabung pertama dengan 1 ml ekstrak pankreas.Menambahkan
tabung kedua dengan 1 ml ekstrak pankreas dan 3 tetes cairan empedu.Menambahkan
tabung ketiga dengan 1 ml air.Memasukkan semua tabung ke dalam inkubator yan
bersuhu 37° Cselama 60 menit. Menambahkan masing-masing 5 tetes
larutan fenoltalein (PP) 1% pada setiap tabung reaksi dan menetesi dengan
larutan NaOH 0,1 N hingga warnanya berubah menjadi merah muda.
3.2.4.Glikolisis
Metode yang
dilakukan saat glikolisis pada sel ragi adalah menyiapkan alat dan bahan,
kemudian menuangkan glukosa pada gelas ukur sebanyak 10 mL dan menuangnya
kedalam tabung leher angsa, menuangkan ragi pada gelas ukur sebanyak 10 mL dan
kemudian mencampurkan ragi kedalam 10 mL glukosa tadi yang telah dituang
kedalam tabung leher angsa I, , melakukan hal yang sama pada tabung leher angsa
II yaitu dengan menuangkan air kedalam gelas ukur 10 mL dan menuangkannya
kedalam tabung leher angsa, kemudian menuangkan ragi dalam gelas ukur sebanyak
10 mL dan mencampurkannya kedalam tabung leher angsa yang berisi glukosa
melakukan hal yang sama pada tabung leher angsa III yaitu dengan menuangkan
glukosa dalam gelas ukur sampai 10 mL dan mencampurnya kedalam tabung leher
angsa, kemudian menuangkan ragi panas dan mencampukannya kedalam tabung leher
angsa, menutup dengan plastik pada masing-masing ujung tabung leher angsa dan
mengikatnya dengan menggunakan karet.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Pencernaan Karbohidrat
4.1.1. Pencernaan karbohidrat oleh enzim ptialin
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan karbohidrat
memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 1.
Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Tabung reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
|||
15’
|
30’
|
45’
|
60‘
|
||
1
|
5
ml amilum + 1 ml air
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
2
|
5
ml amilum + 1 ml NaCl
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
(
- )
Biru
|
3
|
5
ml amilum + 1 ml saliva
|
(
+ )
Kuning
|
(
+ )
Kuning
|
(
+ )
Kuning
|
(
+ )
Kuning
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan
data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hanya tabung reaksi ke tiga saja
yang bereaksi positif sedangkan tabung pertaman dan kedua mengalami reaksi
negatif.Warna yang dihasilkan dari reaksi positif yaitu berwarna kuning
sedangkan warna yang dihasilkan dari reaksi negatif yaitu berwarna biru.
Berdasarkan pendapat Hawab (2003) bahwa larutan pati atau glikogen yang
struktur makromolekulnya berbentuk heliks, dengan larutan iodium akan berwarna
merah, biru sampai dengan biru tua.Tabung reaksi yang bereaksi negatif karena
amilum yang sebagai sumber karbohidrat tidak dapat dipecah jika direaksikan
dengan air, karena air bukan suatu enzim yang dapat memecah amilum. Hal ini
sama dengan pada tabung kedua yang bereaksi negatif, yaitu amilum tidak bereaksi
dengan NaCl, karena NaC juga bukan sebuah enzim sehingga tidak dapat memecah
amilum. Tabung reaksi yang ketiga terjadi reaksi positif, yaitu terjadi
perubahan warna kuning.Tabung reaksi ketiga amilum bereaksi dengan saliva
karena saliva mengandung enzim ptialin atau amilase sehingga dapat memecah
amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Suprianti (2005) bahwa
saliva adalah cairan kental yang terdiri atas beberapa ion, zat-zat organik
seperti musin dan enzim amilase atau ptialin. Enzim ptialin dalam saliva adalah
suatu enzim amilase, yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi
maltose dengan proses hidrolisis.
4.1.2. Pencernaan karbohidrat oleh ekstrak pankreas
(EP)
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan karbohidrat
memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2.
Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Tabung reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
|||
15’
|
30’
|
45’
|
60‘
|
||
4
|
5
ml amilum + 2 ml EP + 1 ml air
|
( + )
Kuning
|
( + )
Kuning
|
( + )
Kuning
|
( + )
Kuning
|
5
|
5
ml amilum + 2 ml EP + 1 ml HCl 0,1 N
|
( - )
Coklat
|
( - )
Coklat
|
( - ) Coklat
|
( - )
Coklat
|
6
|
5
ml amilum + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
|
( + )
Ungu
|
( + )
Ungu
|
( + )
Ungu
|
( + )
Ungu
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan
data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tabung reaksi ke empat dan ke enam
bereaksi positif, tetapi terdapat perbedaan warna yaitu pada tabung ke empat
berwarna kuning yang menunjukan terjadi reaksi, sedangkan pada tabung ke enam
berwarna ungu yang menunjukan terjadi reaksi yang sempurna. Tabung reaksi yang
kelima terjadi reaksi negatif yang berwarna coklat, karena amilum direaksikan
dengan Ekstrak Pankreas yang dapat memecah amilum, namun kondisi yang
ditentukan tidak mendukung untuk bereaksi yang berasal dari HCL yang diberikan.
Seharusnya kondisi untuk mereaksikannya mendukung seperti suatu larutan yang
bersifat basa karena kondisi pada usus yaitu bersifat basa. Hal ini sesuai
dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2005) bahwa cairan yang dikeluarkan
oleh pankreas mempunyai sifat basa, cairan makanan yang bersifat asam akan
dinetralkan dan akhirnya bersifat basa. Tabung keempat terjadi reaksi positif
karena amilum dapat bereaksi dengan ekstrak pankreas yang dapat memecah amilum,
sedangkan penambahan air tersebut tidak mempengaruhi reaksi karena air memiliki
pH yang netral.Tabung keenam terjadi reaksi yang sempurna berwarna ungu yaitu
amilum yang bereaksi dengan ekstrak pankreas yang didukung oleh suasana basa
dengan larutan NaOH yang bersifat basa seperti pada usus halus yang sebenarnya.
Berdasarkan pendapat Hawab (2003) bahwa larutan akan berwarna merah, biru
sampai biru tua disebabkan molekul iod terperangkap ke dalam heliks rantai
polimer karbohidrat.
Tabung keempat dan keenam bereaksi
positif karena terdapat Ekstrak Pankreas yang berperan sebagai enzim mampu
memecah amilum. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti (2005)
bahwa cairan pankreas terdapat protein dan beberapa enzim, yaitu tripsin,
kimotripsin, karbosopeptidase, amilase, lipase, fosfolipase, kolesteril ester
hidrolase, ribonuklease, deoksiribo nuklease, dan kologenase. Amilase yang
terdapat dalam cairan pankreas ini sama dengan amilase dalam saliva, yaitu
berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin dan glikogen
menjadi maltosa.Hal ini diperkuat oleh pendapat Hawab (2003) yang menyatakan
bahwa amilum dapat dihidrolisis oleh enzim amilase sehingga dihasilkan molekul
glukosa yang bermanfaat sebagai nutrien.Hidrolisis amilum, dekstrin atau
glikogen dalam usus dapat berjalan dengan cepat sebab maltosa yang dihasilkan
segera dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim maltase yang terdapat dalam cairan
usus.
4.2. Pencernaan Protein
4.2.1.
Pencernaan protein oleh pepsin
Berdasarkan
praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Protein oleh Pepsin diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 3.
Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi 30’
|
D
|
Putih telur + 2 ml
Pepsin + 1 ml Air
|
-
|
E
|
Putih telur + 2 ml
Pepsin + 1 ml HCl 0,45%
|
+
|
F
|
Putih telur + 2 ml
Pepsin Panas + 1 ml HCl 0,45%
|
-
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan data
diatas dapat diketahui bahwa pada tabung reaksi D menghasilkan reaksi negatif,
ditunjukkan dengan tidak larutnya putih telur.Hal ini disebabakan karena pada
tabung tersebut terdapat air yang menghambat kerja dari enzim pepsin, karena
pepsin hanya bekerja pada suasana asam sedangkan air memiliki pH netral yaitu
7.Tabung F juga menghasilkan reaksi negatif, pepsin tidak dapat bereaksi karena
pepsin yang digunakan sudah rusak yang disebabkan oleh pemanasan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Poedjadi (2007) yang menyatakan bahwa pencernaan protein
oleh enzim bekerja pada suasana asam, apabila berada dalam suasana basa dan
dipanaskan akan rusak dan tidak akan bekerja.
Pada tabung E menghasilkan reaksi
positif, ditunjukkan dengan terlarutnya putih telur yang dimasukkan.Ini
disebabkan putih telur bereaksi dengan pepsin yang didukung oleh adanya HCl
yang bersifat asam.Hal ini sesuai dengan Sumardjo (2006) yang menyatakan bahwa
pepsin yang merupakan enzim proteolitik bekerja baik pada pH 2-3.
4.2.2. Pencernaan protein oleh ekstrak pankreas (EP)
Berdasarkan
praktikum Biokimia dengan materi Pencernaan Protein oleh Pepsin diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.
Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi 30’
|
G
|
Putih telur + 2 ml
Ekstrak Pankreas + 1 ml Air
|
-
|
H
|
Putih telur + 2 ml
Ekstrak Pankreas + 1 ml NaOH0,1 N
|
+
|
I
|
Putih telur + 2 ml
Ekstrak Pankreas Panas + 1 ml NaOH 0,1 N
|
-
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa tabung reaksi G dan I menghasilkan reaksi
negatif.Hal ini ditandai dengan tidak terlarutnya putih telur di kedua tabung
tersebut. Hal ini dikarenakan pada tabung G terdapat air yang memliki pH 7
sedangkan ekstrak pankres akan bekerja pada suasana basa (pH >7). Pada
tabung negatif I dikarenakan ekstrak pankreas tidak bekerja karena rusak oleh
pemanasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngili (2009) yang menyatakan bahwa
pencernaan protein oleh enzim dari ekstrak pankreas paling baik bekerja pada
suasana basa dan enzim mengalami kerusakan apabila dipanaskan.
Tabung H menunjukkan reaksi positif
yang ditandai terlarutnya putih telur, enzim dari ekstrak pankreas bekerja baik
karena terdapat NaOH yang memiliki pH basa. Hal ini sesuai dengan Sumardjo
(2006) yang menyatakan bahwa enzim yang berasal dari pankreas seperti tripsin,
karboksipeptidase, kimotripsin serta enzim yang berasal dari sel epitel usus
halus bekerja bersamaan pada pH yang bersifat basa.
4.3. Pencernaan
Lemak
4.3.1. Pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas (EP)
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pencernaan lemak memperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel
5.Hasil
Pengamatan Pencernaan Lemak oleh Ekstrak Pankreas
Tabung reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
A
|
2 ml minyak goreng + 1 ml air
|
-
|
B
|
2 ml minyak goreng + 1 ml EP
|
-
|
C
|
2 ml minyak goreng + 1 ml EP + 3 tetes
empedu
|
+
|
Sumber : Data Primer Praktikum
Biokimia, 2013.
Berdasarkan
hasil percobaan pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi
asam lemak dan gliserol. Tabung A reaksi yang terjadi menunjukkan hasil negatif
(-) karena tetesan fenolptalein (PP) yang diteteskan dalam jumlah yang sedikit
yaitu sebanyak satu tetes, pada tabung reaksi B reaksi menunjukkan negatif (-)
sama halnya dengan tabung reaksi A dan jumlah tetesan PP yang diberikan
sebanyak 5 tetes, sedangkan pada tabung reaksi C menunjukkan reaksi positif ,
hal ini disebabkan karena tetesan PP yang diberikan cukup banyak yaitu sejumlah
10 tetes. Semakin banyak asam lemak yang dibebaskan, akan semakin banyak
larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisirnya. Tabung C mengalami
pencernaan paling baik yang menghasilkan banyak asam lemak dan gliserol.Minyak
goreng teremulsi dengan sempurna oleh cairan empedu sehingga dengan mudah
dicerna oleh enzim pankreas. Hal ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti
(2005) bahwa lemak yang dikonsumsi oleh tubuh maka akan terhidrolisis oleh
enzim lipase yang terdapat dalam cairan pankreas dan proses hidrolisis ini
terjadi dalam usus halus. Tabung A mengalami sedikit tercerna sehingga
menghasilkan sedikit asam lemak. Hal ini sesuai dengan pendapat Martoharsono
(2006) yang menyatakan bahwa lipase dibantu oleh garam yang disekresikan oleh
hati yang berfungsi untuk mengemulsikan makanan berlemak dan akan terbentuk
emulsi partikel lipida yang lebih kecil. Tabung C bahwa lemak tidak dapat
terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol karena lemak tidak larut.
3.4. Glikolisis
3.1.
Glikolisis pada sel ragi
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum glikolisis pada sel ragi
memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6. Glikolisis Oleh Sel Ragi
Tabung reaksi
|
Reagen yang dimasukkan
|
Reaksi
|
45 menit
|
||
1
|
10 ml glukosa + 10 ml ragi
|
( + )
|
2
|
10 ml air + 10 ml ragi
|
( - )
|
3
|
10 ml glukosa + 10 ml ragi panas
|
( - )
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan bahwa pada saat uji glikolisis pada sel ragi
menunjukkan bahwa pada tabung angsa pertama yang merupakan campuran antara glukosa dan ragi ditandai
dengan munculnya gelembung saat dibiarkan selama 45 menit hal itu terjadi
karena mikroba yang terdapat pada ragi dapat memecah glukosa untuk melakukan
proses terjadinya glikolisis akibat dari tersedianya energi berupa glukosa dan
kandungan karbohidrat pada ragi sehingga mikroba dapat melakukan proses
glikolisis.Tabung kedua berisi larutan ragi dan
aquades, sedangkan aquades bukan merupakan gula sehingga tidak bereaksi dengan
ragi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa
ragi akan bereaksi pada bahan-bahan yang mengandung gula, sedangkan aquades
tidak mengandung gula, oleh karena itu
mikroba tidak mendapat energi untuk memecah glukosa dala proses glikolisis.
Tabung ketiga berisi larutan ragi panas dan glukosa, keduanya mengandung energi
bagi mikroba untuk melakukan proses glikolisis apabila ragi dalam keadaan panas maka mikroba akan mati karena suhu terlalu tinggi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Madigan et al. (2012) bahwa
untuk bertahan hidup ragi membutuhkan air, makannan, dan lingkungan yang
sesuai.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan
praktikum Biokimia yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil positif
pada pencernaan karbohidrat disebabkan oleh adanya enzim ptialin dan enzim
amilase pada saliva maupun pada ekstrak pankreas sehingga karbohidrat dapat terhidrolisis. Selain itu enzim akan bekerja optimum
dalam keadaan keasaman yang sesuai. Hasil positif percernaan protein terjadi
karena adanya enzim pencernaan protein yaitu pepsin dalam kondisi asam dan
enzim-enzim proteolitik pankreas dalam kondisi basa.Hasil positif pencernaan
lemak titandai dengan terlarutnya lemak oleh oleh enzim lipase yang mengalami
hidrolisis oleh Ekstrak Pankreas yang diberikan. Hasil positif dari glikolisis
oleh sel ragi ditandai dengan adanya gelembung yang menunjukan sel ragi mengalami
proses glikolisis.
5.2. Saran
Pada
saat praktikum berlangsung diperlukan lebih hati-hati dan teliti dalam
melakukan percobaan karena terdapat bebda-benda yang mudah pecah dan bahan
kimia yang cukup berbahaya. Selain itu, waktu yang digunakan harus lebih
efisien karena dalam percobaan cukup lama dan prosedur yang digunakan harus
sesuai dengan prosedur praktikum yang akan dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia.
Banyumedia Publishing, Malang.
Madigan,
M.T., J.M. Martinko, D.A. Stahl dan D.P. Clark. 2012. Brock Biology of
Microorganism Edition. Benjamin Cummings, San Fransisco.
Martoharsono, S. 2006. Biokimia. Gajah
Mada University Press, Jakarta.
Ngili,
Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Ngili,
Y. 2009. Biokimia: Metabolisme dan Bioenergitika. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Poedjiadi
A. 2007. Dasar-Dasar Biokima. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Poedjiadi,
A. dan Supriyanti, T, F. M. 2005. Dasar-Dasar Biokimia Edisi Revisi.Universitas
Indonesia-press, Jakarta.
Sastrohamidjojo,
H. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Simanjuntak M.T dan Silalahi, S. 2003.
Diakses pada tanggal 30 Mei 2013. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsiml.pdf
Sumardjo
D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program
Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Alat dan Fungsi
No.
|
Nama Alat
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Beker glass
|
|
Wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk,
mencampur, dan memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium.
|
2.
|
Cawan
petri
|
|
Alat
untuk menyimpan suatu sampel.
|
3.
|
Cawan
porselin
|
|
Alat
untuk mereaksikan larutan dengan jumlah yang terbatas.
|
4.
|
Corong
|
|
Alat
untuk membantu dalam memasukkan suatu larutan ke wadah yang lainnya.
|
5.
|
Erlenmeyer
|
|
Alat
untuk menampung suatu larutan yang ingin direaksikan.
|
6.
|
Gelas
ukur
|
|
Alat untuk mengukur banyaknya larutan atau cairan
yang akan digunakan dalam praktikum.
|
7.
|
Kertas
saring
|
|
Alat
untuk menyaring suatu larutan yang diinginkan.
|
8.
|
Kompor
listrik
|
|
Alat
untuk memanaskan suatu bahan praktikum.
|
9.
|
Panci
|
|
Alat
untuk memasak suatu bahan praktikum.
|
10.
|
Pipet
filler
|
|
Alat
untuk menghisap suatu larutan dengan menggunakan pipet ukur.
|
11.
|
Pipet
tetes
|
|
Mengambil suatu zat cair yang akan digunakan untuk
praktikum dalam jumlah sedikit.
|
12
|
Pipet
ukur
|
|
Alat
untuk mengambil suatu larutan dengan jumlah yang ditentukan.
|
13.
|
Pisau
|
|
Untuk
membuat irisan putih telur yang digunakan dalam praktikum.
|
14.
|
Rak tabung reaksi
|
|
Menempatkan
tabung reaksi dengan teratur.
|
15.
|
Spatula
|
|
Alat
untuk mengaduk suatu larutan.
|
16.
|
Tabung reaksi
|
|
Tempat mereaksikan bahan kimia.
|
17.
|
Waterbath
|
|
Alat
untuk memanaskan tabung reaksi agar larutan yang berada pada tabung reaksi
bereaksi lebih cepat.
|