-->
-->
MAKAKALAH
KIMIA DASAR
KEBUTUHAN NUTRIEN PADA TERNAK
RUMINANSIA
Disusun
oleh:
NAMA : MUHAMMAD FAHIM RIDHO
NIM : 23010112130186
KELAS : D
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2012
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahnya, sehigga saya dapat menyelesaikan makalah kimia dasar yang berjudul “KEBUTUHAN
NUTRISI PADA TERNAK RUMINANSIA” tepat
pada waktunya.
Ternak ruminansia
merupakan ternak yang memiliki keistimewahan pada sistem pencernaannya, yaitu
lambung yang terdiri dari empat bagian yaitu rumen, retikuluj, omasum, dan
abomasum. Kebutuhan nutrisi pada ternak ruminansia berbeda-beda baik anakkan,
pejantan, induk laktasi maupun bunting, sehingga pakan yang diberikan pada
ternak harus diperhatikan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut, makalah
ini disusun, selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kimia Dasar, serta
untuk menambah pengetahuan mengenai kebutuhan zat-zat gizi yang penting bagi
ternak ruminansia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun bagi pembacanya. Kritik dan
saran yang membangun terhadap makalah ini sangat kami harapkan untuk bahan
pembelajaran kami selanjutnya.
Semarang, Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PNGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peranan Pentingnya Nutrisi bagi Ternak Ruminansia
2.2
Berbagai Macam Nutrisi Yang Dibutuhkan oleh Ternak Ruminansia
BAB III PEMBAHASAN
3.1
Pakan (nutrisi) untuk Anakan Kambing Perah Sebelum Sapih
3.2
Kebutuhan Nutrisi bagi Induk Ternak Ruminnsia
3.3
Kebutuhan Nutrisi bagi Induk Bunting
3.4
Kebutuhan Nutrisi bagi Induk Menyusui
BAB IV PENUTUP
4.1
Simpulan
4.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ternak
ruminansia sangat berbeda dengan ternak mamalia lain karena ruminansia
mempunyai lambung besar yaitu abomasum, lambung muka yang membesar dan memiliki
tiga ruangan yaitu rumen, reticulum dan omasum. Lambung ruminansia berkembang
karena sebagai tempat fermentasi serat kasar yang dimakannya , Tilman (1991). Ternak
ruminansia sebagaimana ternak lainnya memerlukan gizi sesuai dengan stadia
fisiologisnya. Kebutuhan gizi saat bunting tentu berbeda dengan kebutuhan untuk
laktasi maupun pejantan atau anakan, karena enersi yang dibutuhkan untuk
kelangsungan proses tersebut juga berbeda.
Nutisi (zat
gizi) merupkan ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh
untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan,
serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo,
2000). Nutrisi (zat gizi) yang terkandung dalam pakan akan masuk kedalam tubuh
hewan yang dapat digunakan untuk menunjang fungsinya organ dalam rangkaian
proses pertumbuhan/ perkembangan, reproduksi dan aktivitas biologi lainnya.
Nutrisi tersebut yaitu energi, viamin-vitamin, mineral dan air (Sudarmono dan
Sugeng, 2008). Nutrisi tersebut dipeoleh dari ransum yang dberikan kepada
ternak. ).
Kebutuhan ternak akan pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase
pertumbuhan (dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh, dan lingkungan
tempat hidupya, serta bobot badannya (Tomas, 1993).
Kebutuhan
pokok hidup yaitu kebutuhan sejumlah nutrisi untuk menjamin keseimbangan dan
kondisi tubuh yang normal, sehingga tubuh mampu beraktifitas seperti bernafas,
mencerna pakan, mengatur suhu badan dan melakukan prosesmetabolisme (Sudarmono
dan Sugeng, 2008).Kebutuhan untuk hidup pokok ternak ditentukan oleh kondisi
lingkungan setempat seperti suhu, hembusan dan arah angin. Sebagai golongan
mamalia, ternak ruminansia juga memerlukan upaya untuk menjaga agar suhu
tubuhnya konstan meskipun suhu di luar tubuh mengalami fluktuasi. Umumnya sushu
tubuh mamalia lebih tinggi dari suhu lingkungan, sehingga panas tubuh dapat
mengalir ke luar.
Dari
uraian diatas maka penulis mengambil
judul “KEBUTUHAN NUTRIEN PADA TERNAK
RUMINANSIA”.
1.2
Rumusan Masalah
·
Nutrisi apa saja yang dibutuhkan ternak
ruminanasia untuk kebutuhan pokok hidup
·
Bagaimaa ternak rumiansia untuk mmenuhi
nutrisi
·
Bagaimana tingkatan konsumsi nutrisi
pada ternak rumiansia
·
Apakah konsumsi nutrisi ternak ruminansia berbeda-deda
pada setiap kondisinya
1.3. Tujuan
·
Mengetahui berbagai nutrisi yang
dibutuhkan ternak ruminansia
·
Mengetahui sumber nutrisi ternak
ruminansia
·
Mengetahui berbagai tingkatan konsumsi
nutrisi ternak ruminansia
·
Mengetahui prbedaan tingkat konsumsi
nutrisi pada setiap kondisinya
BAB
I
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Pentingnya Nutrisi bagi Ternak
Ruminansia
Nutisi (zat gizi)
merupkan ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).
Nutrisi (zat gizi) yang terkandung dalam pakan akan masuk kedalam tubuh hewan
yang dapat digunakan untuk menunjang fungsinya organ dalam rangkaian proses
pertumbuhan/ perkembangan, reproduksi dan aktivitas biologi lainnya. Nutrisi
tersebut yaitu energi, viamin-vitamin, mineral dan air (Sudarmono dan Sugeng,
2008). Nutrisi tersebut dipeoleh dari ransum yang dberikan kepada ternak.
Kebutuhan pokok hidup yaitu kebutuhan sejumlah nutrisi
untuk menjamin keseimbangan dan kondisi tubuh yang normal, sehingga tubuh mampu
beraktifitas seperti bernafas, mencerna pakan, mengatur suhu badan dan
melakukan prosesmetabolisme (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Jika nutrisi untuk
kebutuhan pokok hidup telah terpenuhi maka kelebihan nutrisi akan digunakan
untuk pertumbuhan dan reproduksi atau disimpan dalam tubuh dalambentuk lemak
badan. Sebaliknya jika ternak kekurangan nutrisi yang dibutuhkan dan hal ini
berlangsung dalam kurun waktu cukup lama maka cadangan yang ada dalam
bentuk lemak badan
akan dimetabolisasika untuk
dibakar untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidup.
2.2. Berbagai Macam Nutrisi Yang Dibutuhkan oleh
Ternak Ruminansia
Nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup oleh
ternak ruminansia yaitu
sebagai berikut:
2.2.1. Energi
Nutrisi yang dibutuhkan ruminansia yang diperoleh dari
ransum pada akhirnya akan menjadi energi. Energi diperoleh dari karbohrat,
protin dan lemak. Nutrisi yang dibutukkan terdapat pada ransum yang diberikan
ternak seperti hijauan dan konsentrat.
2.2.2. Protein
Protein merupakan senyawa organik yang susunannya sangat kompleks dan
molekulnya sangat besar serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Jadi
protein bukanlah merupakan zat tunggal, serta molekul-molekulnya sederhana
tetapi masih terdiri dari asam-asam amino. Oleh karena itu protein tersusun
atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti
terdapat dalam asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H, O, N dan kadang-kadang
mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P, Fe atau Mg.
Protein
merupakan komponen utama dalam semua sel hidup. Fungsinya terutama adalah
sebagai unsur pembentuk struktur sel, misalnya dalam rambut, wol, kalogen,
jaringan penghubung, membrane sel, dan lain-lain. Wirahadikusuma (1992) Protein
dalam tubuh diperoleh dari bahan
makanan, baik yang berasal dari hewan meupun tumbuhan. Protein yang berasal
dari hewan disebut protein hewani, ssedangkan yang berasal dari tumbuhan
disebut protein nabati Yazid (1990).
2.2.3. Karbohidrat
Karbohidrat
pada awalnya digunakan untuk golongan senyawa yang mengandung C, H, dan O yang
dianalisa mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa
yang n atom karbonnya tampak
terhidrasi oleh n molekul air. Kuchel
(2006) Karbohidrat berasal dari makanan, dalam tubuh mengalami perubahan atau
metabolisme. Hasil metabolisme karbohidrat antara lain glukosa yang terdapat
dalam darah, sedangkan glikogen adalah karbohidrat yang disintesis dalam hati
dan digunakan oleh sel-sel pada jaringan sebagai sumber energi Poedjiadi (1994).
2.2.4. Lemak
Lemak adalah ester antara gliserol dan asam lemak dimana ketiga radikal
hidroksil dan gliserol semua diesterkan. Oleh karena itu, lemak dapat disebut
trigliserida. Lehninger (1982) yang menyatakan bahwa lemak
senyawa organik, minyak tidak larut dalam air, yang dapat diekstrak dari sel
dan jaringan oleh pelarut nonpolar seperti Eter dan Kloroform. Lemak dapat dijadikan sebagai cadangan energi. Fungsi
utama lemak pada semua jenis sel berakar
dari kemampuannya membentuk membran berbentuk seperti lembaran-lembaran dan
sebagain media penyimpanan energy yang efisien bagi makhluk hidup.
Hasil
penelitian muthakir menunjukkan bahwa ternak ruminansia mampu mentoleransi
kandungan lemak pakan hingga 10 % tanpa mengalami gangguan pencernakan. Peranan
lemak pakan adalah sebagai sumber enersi melalui konversi gliserol yang
terbebaskan dari proses hidrolisis lemak, menjadi VFA. Penambahan lemak dalam
pakan sapi perah memiliki keuntungan sebagai berikut:
Meningkatkan densitas kalori dari ransum,
terutama jika konsumsi pakan terbatas oleh bahan pakan pengisi perut seperti
rumput atau jerami padi
Membatasi kebutuhan konsentrat yang
mengandung karbohidrat kaya enersi. Konsentrat seperti ini umumnya diberikan
pada sapi perah dalam stadia awal laktasi dimana sapi perah dalam kondisi keseimbangan
enersi negatip. Pada kondisi cuaca panas, pemberian lemak akan
dapat membantu mengurangi stress akibat panas pada sapi laktasi.
2.2.5. Mineral
Mineral merupakan unsur peting dalam tanah,
bebatuan, air, dan udara. Sedangkan pada tubuh makhluk hidup sendiri
mineral merupakan suatu komponen
penyusun tubuh, 4-5% berat badan kita sendiri atas mineral, sekitar 50% mineral
tubuh terdiri atas kalsium, 25% fosfor,dan 25% lainnya terdiri atas mineral
lain. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan ternak, mineral digolongkan dalam dua
kelompok yaitu makro mineral antara lain
: Kalsiun (Ca), Fosfor (P), Kalsium (K), Magnesium (Mg), Natrium (Na),
Clor (Cl), dan Mineral mikro antara lain : Zn (seng), molybdenum (Mo), mangan
(Mn), kobalt (Co), Krom (Cr), nikel (Ni), dan yodium (I), mineral makro
dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan mineral mikro. Beberapa mineral
memiliki lebih dari satu fungsi menurut (Church dan Pond, 1982). Mineral tidak
dapat dibuat didalam tubuh hewan, sehingga harus disediakan dalam rasum baik
dalam hijauan, kosentrat, maupun pakan suplemen.
2.2.6.
Air
Acapkali
kita membicarakan kebutuhan zat gizi, kebutuhan air sering terabaikan. Padahal
air merupakan komponen terbesar tubuh ternak yang senantiasa menjaga
keseimbangan suhu tubuh. Air juga ikut berperan dalam proses pencernakan
(hidrolisis protein, karbohidrat maupun lemak), proses penyerapan zat gizi,
proses transport metabolit di dalam tubuh serta proses eksresi sisa metabolit
ke luar tubuh. Kebutuhan air sangat tergantung pada bentuk pakan, kandungan
bahan kering pakan, cara makan serta suhu lingkungan. Pada ternak sapi setiap
kg bahan kering yang dikonsumsi memerlukan air minum 3 – 5 L.
Pada ternak yang masih menyusu kebutuhan air lebih besar lagi, yaitu dapat berkisar
antara 6 – 7 L air/kg konsumsi bahan kering. Sapi perah
membutuhkan lebih banyak air untuk menjamin produksi susunya. Pemberian air
minum secara berlebih (ad libitum) pada sapi perah laktasi dapat meningkatkan
produksi susu antara 1 – 2 L/hari tanpa penambahan pakan suplemen.Adanya garam
dapur (NaCl) atau protein dalam konsentrasi tinggi di dalam pakan akan memicu
ekskresi urine, sehingga akan menyebabkan peningkatan konsumsi air
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pakan (Nutris) Untuk Anakan Kambing Perah
Sebelum Sapih
Pakan yang dibuthkan oleh
anaka kambing yang belum sapih yaitu pada saat usia kambing 1-3 hari pakan yang
dibetikan Kolustrum Induk. Pada usia 4-7 hari yang dberikan 500-600cc/hari
susu induk yang diberikan 3-4 kali per hari. Pada usia 2 minggu diberikan 800cc/hari campuran susu induk dengan
susu sapi (50:50), diberikan 3-4 kali/hari. Pada usia 3-4 minggu diberikan 1 ltr susu sapi diberikan 3
kali/hari Mulai usia 4 minggu, cempe diperkenalkan dengan pakan padat
(hijauan/konsentrat) untuk merangsang perkembangan rumen. Pakan konsentrat yang
diberikan harus berkualitas baik dengan kandungan protein kasar 15-18%. Contoh
adalah sebagai berikut: -Dedak padi 10-15% ,Pollard 15-20% , Bungkil
kedelai 15-20%, Onggok 25-30%, Bungkil kelapa 10-15%, Molases 5-10%, Mineral
mix, 1-2%. Pada usia5-8 minggu
1.5-2ltr susu sapi/hari + rumput/legum + konsentrat. Pada 9-10 minggu Sama seperti diatas, namun
pemberiannya 2 kali sehari. Pada
usia 11-12 minggu Pemberian susu sapi sekali sehari (jumlahnya dikurangi
hingga 1ltr/hari). Pakan hijauan dan konsentrattersedia setiap saat. Air minum
mulai diperkenalkan (Sutama,2009).
3.2. Kebutuhan Nutrien bagi Induk Ternak Ruminansia
Kebutuhan
untuk hidup pokok yaitu kebutuhan zat makanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
proses tubuh normal tanpa melakukan pekerjaan produktif. Sedangkan kebutuhan
untuk produksi/reproduksi yaitu kebutuhan zat makanan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan proses tubuh yang normal dengan melakukan pekerjaan produktif.
Induk 60 hari
sebelum dan 90 hari setelah melahirkan merupakan masa kritis. Nutrisi yang
tidak mencukupi kebutuhan akan menyebabkan abortus, bobot lahir dan bobot sapih
rendah, kegagalan berahi kembali. Namun induk bunting jangan diberi pakan
terlalu berlebih dari kebutuhannya “overfeed” dapat menyebabkan induk kegemukan
dan sulit melahirkan.
3.3. Kebutuhan Nutrien bagi Induk Bunting
makanan mempunyai fungsi vital bagi induk bunting, perlu memperoleh
perhatian serius. Dalam penyusunan makanan bagi
induk bunting sangat dianjurkan penyediaan makanan yang berprotein yang cukup
dan berkualitas, terutama menjelang akhir kebutingan, karena fetus cepat
berkembang. Pakan konsentrat sebanyak 1 -3% dari bobot badan dengan kandungan
PK minimal 10%, TDN minimal 60%, SK maksimal 17% dan abu maksimal 10%.
Mineral yang paling dibutuhkan dalam masa kebuntingan yaitu kalsium,
fosfor, yodium, ferrum, cuprum, dan Cobalt. Berikan Ca rendah sebelum beranak,
lalu normal atau tinggi setelah beranak untuk mencegah Milk Fever.
Pemberian hijauan yang berkualitas baik perlu diupayakan, agar kondisi
rumen baik. Pemberian konsentrat diberi sedikit demi sedikit selama minggu
akhir kebuntingan. Minggu-minggu terakhir kebuntingan, adalah masa persiapan
melahirkan dan masa persiapan produksi susu. Perlu juga pemberian Ca dan P
dalam jumlah tepat sesuai dengan kebutuhan. Pemberian suplemen vitamin A, D,
dan E perlu dilakukan.
Janin membutuhkan karbohidrat dalam jumlah besar, sehingga bila makanan
mengandung karbohidrat rendah maka kadar glucose darah induk dapat turun hingga
menyebabkan gangguan. Pada domba keadaan ini disebut toksmia kebuntingan,
dan sering terjadi saat akhir kebuntingan. Hewan menjadi lesu (lethargy),
kehilangan nafsu makan, dan menunjukkan raksi-reaksi saraf seperti gemetar.
Ternak penderita mempunyai kadar glukosa rendah dan kadar asam lmak bebas
tinggi dalam plasma darah. Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian pakan
yang mngandung karbohidrat tinggi yang diberikan selama masa akhir kebuntingan,
biji-bijian sangat efktif untuk hal tersebut.
3.4. Kebutuhan Nutrien bagi Induk Menyusui
Hijauan pada ransum sapi laktasi merupakan suatu keharusan. Hijauan tersebut
berperan sebagai:
- Faktor pnggertak agar rumen sapi dapat berfungsi normal.
- Sumber serat bagi ternak. Pada sapi laktasi, hijauan yang diberikan
minimal sebanyak 40% dari total bahan kering ransom atau diperkirakan
sebanyak 1.5% dari bobot hidup ternak.
- Hijauan segar dapat merupakan sumber vitamin A, D, dan E. Bila hijauan
berkualitas baik dan diberikan dibrikan dalam keadaan segar pada sapi,
maka kecil kemungkinannya ternak akan membutuhkan suplementasi vitamin
tersebut.
.
Ternak yang sedang laktasi terutama pada minggu-minggu pertama masa laktasi
aktivitas metabolisme kelenjar ambingnya meningkat. Untuk itu, diperlukan
pasokan nutrien yang cukup tinggi dalam upaya memenuhi kebutuhan ternak untuk
sintesis air susu. Namun di sisi lain, pada awal laktasi induk sangat sensitif
terhadap kekurangan protein dan energi sebagai akibat menurunnya nafsu makan.
Telah ketahui bahwa kualitas hijauan di daerah tropis adalah rendah sehingga
jumlah hijauan yang dikonsumsi tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak akan
energi di luar kebutuhan hidup pokok ternak.
Ketersediaan karbohidrat mudah terlarut pada hijauan adalah rendah. Karena itu,
suplementasi konsentrat yang mengandung campuran bahan-bahan sumber energi,
protein serta mineral (mikro dan makro) merupakan salah satu solusi untuk dapat
meningkatkan produk fermentasi rumen yang pada giliran berikutnya dapat
menyediakan nutrien yang cukup untuk pembentukan air susu. Konsentrat
diharapkan dapat bertindak sebagai sumber karbohidrat mudah terlarut, protein
lolos degradasi, dan sebagai sumber glukosa untuk bahan baku produksi susu.
Konsentrat memperluas peluang terbentuknya asam lemak atsiri (volatile fatty
acid = VFA) terutama asam propionat yang lebih banyak dengan produksi metan
semakin kecil, sehingga efisiensi penggunaan energinya lebih tinggi.
Dari uraian
di atas, diharapkan bahwa pada awal laktasi, perbaikan mutu pakan dengan
penambahan konsentrat, yang memungkinkan kandungan nutriennya semakin seimbang,
dapat memenuhi kebutuhan fisiologis ternak akan nutrien selama laktasi. Dengan
demikian, produksi susu dapat ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan anak
yang lebih baik selama periode menyusu (prasapih).
Konsentrat
komersial untuk ternak ruminansia yang sedang menyusui dapat diberikan sekitar
1,5 - 3% bobot badan dengan kandungan protein kasar (PK) minimal 12%, TDN
minimal 60%, serat kasar (SK) maksimal 20% dan abu maksimal 10%.
Pada masa
laktasi juga perlu diperhatikan pemberian mineral sesuai kebutuhan untuk
menjamin produksi susu tetap normal. Defisiensi fosfor, kobalt, cuprum, dan
NaCl mengakibatkan penurunan produksi air susu. Takaran rendah dari vitamin A
dan D dalam makanan sapi perah juga menybabkan penurunan vitamin-vitamin ini
dalam air susu, dan bila kekurangan dalam jumlah banyak, akan menyebabkan
gangguan fisiologik hewan. Vitamin A mempengaruhi warna kekuning-kuningan pada
air susu.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Dari
semua ulasa diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan nutrisi pokok hidup ternak
ruminansia seperti energi, protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan
air berbeda-beda, hal ini tergantung pada kondisi dan umur ternak uminansia.
Kebutuan nutrisi pokok hidup anakan lebih rendah daripada induk atau pejantan,
dan kebutuhan induk yang laktasi, bunting ataupun habis melahirkan lbih tinggi
dari induk yang biasa saja.
4.2. SARAN
Peternak di indonesia seharusnya memperhatikan kebutuhan
nutisiang dibutuhkan pada setiap ternaknya sehingga ternak mendapat nutrisi yang
tercukup idan ternak akan berkembang lebih optimal dan dapat menyaingi
peternak-peternak luar negri.
DAFTAR PUSTAKA
Arora, S. P. 1995. Pencernaan
Mikroba pada Ruminansia. UGM Press. Yogyakarta.
Church, D.C. and W.G. Pond. 1982.
Basic Animal Nutrition and Feeding.2nd
ed. Jhon Wiley and Son. New
York-Singapore.
Sudarmono, A.S dan
Y.B. Sugeng. 2008. Beternak domba. Depok, Niaga Swadaya.
Kearl, L. C.
1982. Nutrient Requirements of Ruminants in Developing Countries.
Kerley, M.S., 2000. Feeding For Enhancing
Rumen Function. Departement of Animal Sciences, University of Missouri –
Columbia, USA. Bahan diambil dari Internet.
Kuchel,
Philip dan Gregory B. Ralston. 2006. Biokimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia.
Jakarta:Universitas Indonesia Press.
Sampath, K.T.,
1990. Rumen Degradable Protein And Undegradable Crude Protein Content of Feeds
and Fooders- A Review. Indian j.dairy.Sci. 43 :1-10.
Sudarmo, S dan Sugeng, Bambang. 2008. Beternak
Domba. Penebar Swaday Jakarta.
Suryahadi, dkk. 1997. Manajemen
Pakan Sapi Perah. IPB. Bogor.
Sutama,Budiarsana. 2009. Panduan Lengkap Kambing & Domba
.Jakarta, Penebarar Swadaya.
Teleni, E.,
Campbell, R.S.F. and Hoffmann,D., 1993. Draught Animal Systems And Management:
An Indonesia study. ACIAR Monograph No.19. Printed by Price Printers, Canberra,
Australia.arta.
Tillman, Allen D, dkk.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press. Yogyak Tillman, Hartadi, H,
Reksohadiprodjo, Praawirokusumo dan Lobdosoekodjo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tomas Zewska, MW.,
Mastika,IM., Djajanegara A., Gordina, S dan Wiradarya,TK. 1993. Produksi
Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas maret University Press, Surabaya.
Yazid, Estein. 1992. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
]
BalasHapusDapatkan Double Bonus dari Donaco Poker Setiap Hari!!
Mau Tau Caranya??? Ayo Daftar..!!.atau Hubungi Kami Segera......
WHATSAPP : +6281333555662
Permainan Sabung Ayam Online di Agen BOLAVITA , dengan minimal deposit hanya Rp 25.000 saja , dan minimal betting hanya Rp 10.000 saja sudah bisa mainkan permainan Sabung Ayam
BalasHapushttp://agensabungayam.logdown.com/post/7917573-cara-cepat-sembuhkan-ayam-bangkok-kena-virus
Produk Kami Judi Sabung Ayam Online S128, SV388.
https://www.sateayam.biz/
https://m1.hj128.pw
Daftar Sabung Ayam sv388
Daftar Sabung Ayam Online S128
Agen Sabung Ayam Online Bolavita Banyak Bonus dan Promo Mari Bergabung :
Promo Sabung Ayam Terbaru 8x Win Beruntun.
Bolavita Bisa Deposit Via OVO & GO-Pay.
Sabung Ayam Deposit Via Pulsa XL & TSEL 25rb.
Promo Promo BOLAVITA
Telegram : +62812-2222-995
Wechat : Bolavita
WA : +62812-2222-995
Line : cs_bolavita