BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan ternak adalah hal yang sangat penting untuk
diketahui karena kesehatan
ternak berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot badan, sistem reproduksi serta
hasil produksi dari ternak. Pemeriksaan kesehatan ternak (ayam) dapat dilakukan
dari luar maupun dari dalam. Pemeriksaan dari luar meliputi tingkah laku,
keadaan fisik luar maupun nafsu makan. Namun untuk lebih jelasnya perlu adanya
pemeriksaan dari dalam dengan cara membedah bangkai ternak (nekropsi) untuk melihat kelainan dan endoparasit yang
terdapat didalam organ.
Tujuan praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dengan materi pemeriksaan kesehatan ternak pada ayam adalah untuk mengetahui kesehatan ternak melalui
pengamatan tingkah laku ternak dan mengetahui cara pemeriksaan ayam dengan metode
nekropsi sehingga dapat melihat dan mengetahui kelainan organ serta penyakit
yang menyerang ayam tersebut karena sifat penyakit pada unggas umumnya
adalah penyakitn yang menular. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa
dapat mengetahui keadaan ternak sakit dan tidak, mengetahui dengan mengetahui ciri-ciri penyakit yang diderita
ternak dengan cara mengamati permukaan organ ternak dan organ dalamnya secara
langsung.
BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dengan Materi Pemeriksaan Kesehatan Ayam yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17
November 2014 pukul 15.00-17.00 WIB di Laboratorium Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro,
Semarang.
2.1.
Materi
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pisau untuk mematikan serta membedah ayam, plastik untuk alas mengamati organ dalam ayam, spuit untuk mengambil darah ayam, alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ternak ayam broiler (pedaging).
2.2. Metode
Pemeriksaan nekropsi dilakukan pada ayam yang diduga sakit, caranya dengan menyembelih ayam terlebih dahulu kemudian mencabut bulu pada bagian perut dan dada untuk mengamati permukaan kulit. Kemudian membedah ayam untuk mengamati organ dalam, amati dengan baik luar maupun isi dari organ. Kemudian
melakukan melihat kondisi organ dengan melihat warna, ukuran, konsistensi dan
uji apung.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
3.1
Pengamatan Perfomans Unggas
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan
Ternak, 2014.
|
Sumber: www.pilgrims.com.mx
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa tingkah laku ayam
merasa kedinginan karena keadaan suhu lingkungan rendah. Pada bagian kepala
yang terdiri dari jengger/pial berwarna pucat, bagian dubur kotor, bagian mata
sayu, dan pada bagian bulu kepala agak kusam. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujionohadi (2004) bahwa pengamatan performans
unggas dapat diperhatikan keadaan umum ternak, kulit, bulu, leleran dari
liang-liang tubuh, keadaan mata, pial, cuping telinga, keadaan daerah kloaka,
berdarah, luka. Ditambahkan oleh pendapat
Suprijatna et al (2005) ciri – ciri
unggas yang terkena penyakit pada bagian tubuh eksterior antara lain bulu
terkulai dan kusam, diare, nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan
produksi telur menurun.
3.2
Pengambilan Darah
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: pdhi.blogspot.com
|
Berdasarkan
hasil praktikum bahwa pengambilan darah dengan cara memposisikan
ayam terlentang, pegang kedua sayap secara lembut. Mengambil darah tepat pada vena
braciallis (pada bagian dalam sayap). Pengambilan harus dilakukan secara cepat
agar agar tidak terjadi pembengkakan. Darah yang diambil sekitar 3 cc. Kemudian masukkan
kedalam tabung reaksi antikoagulan. Diamkan selama 30 menit. Mengamati apakah
terdapat serum atau tidak. Pemeriksaan darah ayam berguna untuk mengetahui
apakah ayam tersebut terdapat penyakit atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tabbu
(2000) yang menyatakan bahwa pengambilan darah pada ternak dilakukan untuk mendiagnosis penyakit
pada ternak.
3.3
Nekropsi
Nekropsi adalah suatu upaya
mengkoleksi data dari perubahan organ dalam ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi nekropsi adalah
mengamati beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga
dapat dijadikan sumber dugaan bahwa ayam tersebut terserang suatu penyakit
dengan melakukan pembedahan.
3.3.1
Pemeriksaan Permukaan Kulit Ayam
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: www.infoternak.com
|
Berdasarkan
hasil praktikum bahwa permukaan kulit ayam dalam kondisi mulus tidak terdapat koreng, berwarna cerah dan tidak ada memar. Terdapat lendir pada bagian rongga hidung. Pemeriksaan permukaan kulit ayam bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh ayam tersebut, karena salah satu cirri ayam broiler yang sehat adalah mempunyai kulit licin dan tidak terdapat luka atau memar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sholikin (2011) yang
menyatakan bahwa ciri-ciri ayam broiler yang bagus adalah daging lunak, serat baik, berkulit licin tidak terdapat luka atau memar. Menurut Damayanti et
al (2012) adanya mukosa pada rongga hidung merupakan cirri-ciri penyakit Swollen Head Syndrome
(SHS).
3.3.2
Pemeriksaan Kondisi Warna dan Jaringan dibawah Kulit
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: www.wikimedia.org
|
Berdasarkan hasil praktikum
bahwa pemeriksaan kondisi warna dan jaringan bawah kulit menunjukkan hasil jaringan daging bersih dan berwarna cerah normal. Hal
ini menunjukan bahwa ayam sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianti et
al (2013) yang menyatakan bahwa daging ayam sehat berwarna cerah putih kekuningan. Jaringan subkutan juga berwarna bersih tidak terdapat bercak-bercak. Ini menandakan ayam sedang tidak terserang penyakit. Menurut Tarmudji (2005) bahwa salah satu ciri ayam terkena penyakit AI (Avian Influenza) yaitu terdapat ptekhiae
subkutan pada kaki
dan paha.
3.3.3
Pemeriksaan Semua yang Nampak setelah Otot Dada dan Perut di
buka
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: wikimedia.org
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa bahwa isi rongga dada dan rongga perut bersih, tidak terdapat gumpalan lemak, kantung udara bersih tidak berdarah, jantung sehat berwarna merah muda. Hal ini menandakan bahwa ayam tersebut tidak sakit. Hal ini sesuai pendapat Salim et
al (2010) menyatakan bahwa ciri-ciri ayam sakit adalah organ hati, ginjal, jantung,
dan limpa bengkak, warna merah
kehitaman, bintik-bintik hemoragi jelas terlihat pada mukosa
duodenum, hati, ginjal, jantung,
paru-paru, dan limpa.
3.3.4
Pemeriksaan Saluran Pencernaan
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: teacharty.blogspot.com
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa dinding saluran pencernaan tidak terdapat kelainan, tidak kotor. Isi dalam saluran pencernaan normal,
tidak terdapat cacing. Dalam manajemen pemeliharaan ayam tersebut benar sehingga ayam tidak terkena cacing. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashenafi
dan Eshetu (2004) menyatakan bahwa penyebab ayam cacingan dikarenakan manajemen pemeliharaanya yang buruk.
Retnani et al (2009)
menambahkan bahwa cirri ayam yang terkena cacing adalah mendadak lesu,
diare,radang usus disertai diare yang meluas jika terinfeksi berat,
sehingga produksi menurun dibawah rata-rata, termasuk berat badan, laju pertumbuhan turun,
produksi daging maupun telur.
3.3.5
Pemeriksaan Hati
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: sarfaeiz.blogspot.com
|
Berdasarkan hasil praktikum
bahwa hati memiliki ukuran normal, berwarna
merah kecoklatan, konsistensi kenyal dan terdapat kantong empedu. Ini meandakan
hati dalam kondisi baik. Hati berfungsi untuk memproduksi empedu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Fadilah dan Pollana (2004) yang menyatakan bahwa hati
yang tidak memiliki kelainan berwarna cokelat kemerahan yang dilengkapi kantong
empedu dan konsistensi kenyal. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan fungsi utama hati dalam pencernaan
dan absorpsi adalah produksi empedu.
3.3.6
Pemeriksaan Jantung
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: www.google.com
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa jantung berwarna
merah, tidak terdapat bintik-bintik pada selaput jantung dan memiliki
konsistensi kenyal, yang menandakan jantung dalam kondisi normal. Hal ini
sesuai dengan pendapat Jahja et al., (2006)
bahwa ayam dalam kondisi normal jantung berwarna merah muda. Menurut Suprijatna
et al. (2005) jantung ayam memiliki
empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel.
3.3.7
Pemeriksaan Ginjal
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber:
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa ginjal
ayam berukuran kecil dan berwarna merah pucat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suprijatna et al. (2005) yang
menyatakan sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang
bentuknya relatif besar memanjang, berlokasi di belakang paru-paru dan menempel
pada tulang punggung. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan ginjal
berfungsi pula sebagai pengatur keseimbangan asam basa da keseimbangan osmosis
bagi cairan tubuh.
3.3.8
Pemeriksaan Pankreas
Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber: wikimedia.com
|
Berdasarkan hasil praktikum
bahwa pankreas pada unggas berwarna putih
kekuningan, berukuran normal dan tidak terdapat kelainan. Pankreas merupakan
organ pencernaan tambahan yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin maupun
kelenjar eksokrin dan terletak di antara usus halus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suprijatna et al. (2005)
yang menyatakan pankreas terletak diantara duodenal
loop pada usus halus dan meruapakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai
kelenjar endokrin maupun kelenjar eksokrin. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004)
yang menyatakan pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya berhubungan dengan
pengunaan enrgi ransum, yaitu eksokrin dan endokrin.
3.3.9
Pemeriksaan Trachea
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber:
|
Berdasarkan hasil praktikum bahwa trakea ayam berwarna
putih, tidak terdapat isi. Trakea ayam menunjukkan bahwa ayam dalam kondisi
sehat. Trakea
merupakan saluran pernapasan yang
memanjang dari pangkal rongga mulut sampai dengan rongga dada.
3.3.10
Pemeriksaan Paru – Paru
Berdasarkan
hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber:
|
Berdasarkan
hasil praktikum bahwa paru-paru berwarna merah, memiliki konsistensi kenyal,
terdapat O2 saaat melakukan uji apung yang artinya pernafasan ayam
masih baik. Namun terdapat bintik hitam di paru-paru ayam. Adanya bintik hitam
pada paru-paru diindikasikan ayam tersebut terserang penyakit CRD (Coryza dan Crhonic
Respiratory Disease). Hal ini sesuai dengan pendapat Medion (2007) yang menyatakan bahwa anak ayam yang terserang CRD akan menunjukkan gejala berupa tubuh lemah, sayap
terkulai, mengantuk dan diare berwarna seperti tanah. Bila dilakukan nekropsi
maka kantung udara dan paru-paru akan menunjukkan warna keruh berupa
bintik-bintik hitam.
3.3.12
Pemeriksaan Syaraf
Berdasarkan hasil
pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak, 2014.
|
Sumber:
|
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa syaraf berwarna putih serta ukuran normal yang
artinya syaraf perasa pada ayam masih berfungssi normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaupp
et al., (1959) disitasi Soedarmono (1960) yang menyatakan bahwa syarafmayam
yang masih normal memiliki warna putih yang menunjukkan bahwa ayam tersebut
memiliki syaraf perasa yang masih baik.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum
bahwa saat melakukan nekropsi ayam dalam kondisi sehat tidak terdapat penyakit.
Saluran pencernaan ayam bersih, normal. Namun pada bagian paru-paru terdapat
bintik hitam. Nekropsi bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit yang menyerang
unggas.
4.2. Saran
Pada saat melakukan praktikum harus hati-hati agar tidak
melukai unggas. Pengamatan dilakukan dengan teliti agar hasilnya valid. Setelah
melakukan praktikum meja tempat untuk nekropsi dibersihkan kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, M.,
Bambang D. dan Bhakti E. S. 2013. Perubahan Warna, Profil Protein, Dan Mutu
Organoleptik Daging Ayam Broiler Setelah Direndam Dengan Ekstrak Daun Senduduk.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2
(3) : 116 – 120
Ashenafi H ,Eshetu Y. 2004. Study On Gastro Intestinal Helminths Of Local Chickens
In Central Ethiopia. Revue Med Vet 155(10): 504-507.
Damayanti, Y.
Ida B. O. W. dan Mas D. R. 2012. Evaluasi Penyakit Virus Pada Kadaver Broiler
Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi Di Rumah Pemotongan Unggas. Jurnal
Indonesia Medicus Veterinus 1(3) :
417 - 427.
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara
Mengatasinya. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Jahja, J., L. Lestariningsih., N.
Fitria,. T. Murwijati dan T. Suryani. 2006. Penyakit Penyakit Penting Pada Ayam
Edisi 5. Medion, Bandung.
Medion. 2008. Biangnya CRD Kompleks. Info Medion Online
Edisi April 2008.
Retnani, E. B.,
Fadjar S., Upik K. H., dan Singgih
H. S. 2009. Analisis factor-faktor resiko infeksi cacing pita pada ayam ras petelur komersial di Bogor. Jurnal Veteriner 10 (3)
: 165 - 172.
Salim, M. N. dan
Dian M. 2010. Pengaruh Sulfaqu Inoxalin
Pada Ayam Broiler : Gejala Klinis Dan Patologi Anatomi. Jurnal Kedokteran Hewan
4 (2) : 65 - 68
Sholikin, H.
2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan
Nguter Kabupaten Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Tugas Akhir)
Soedarmono, D.
1960. Penelitian Tentang Penyerapan Gula-gulaan Dari Mulut Dan Tembolok Ayam
Dengan Menggunakan Xylosa-I-C14Dan Glukosa-II-C14. Departemen Biokimia.
Institut Pertanian Bogor.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R.
Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarmudji. 2005.
Penyakit Pernafasan Pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik Dan Patologik Serta
Kejadiannya Di Indonesia. Jurnal Wartozoa 15
(2) : 72 – 82.
Yuwanta,
T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar