Selasa, 16 Juni 2015

NEKROPSI AYAM

BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan ternak adalah hal yang sangat penting untuk diketahui karena kesehatan ternak berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot badan, sistem reproduksi serta hasil produksi dari ternak. Pemeriksaan kesehatan ternak (ayam) dapat dilakukan dari luar maupun dari dalam. Pemeriksaan dari luar meliputi tingkah laku, keadaan fisik luar maupun nafsu makan. Namun untuk lebih jelasnya perlu adanya pemeriksaan dari dalam dengan cara membedah bangkai ternak (nekropsi) untuk melihat kelainan dan endoparasit yang terdapat didalam organ.
Tujuan praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dengan materi pemeriksaan kesehatan ternak pada ayam adalah untuk mengetahui kesehatan ternak melalui pengamatan tingkah laku ternak dan mengetahui cara pemeriksaan ayam dengan metode nekropsi sehingga dapat melihat dan mengetahui kelainan organ serta penyakit yang menyerang ayam tersebut karena sifat penyakit pada unggas umumnya adalah penyakitn yang menular. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui keadaan ternak sakit dan tidak, mengetahui dengan  mengetahui ciri-ciri penyakit yang diderita ternak dengan cara mengamati permukaan organ ternak dan organ dalamnya secara langsung.



BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Ilmu Kesehatan Ternak dengan Materi Pemeriksaan Kesehatan Ayam yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 November 2014 pukul 15.00-17.00 WIB di Laboratorium Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1.      Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau untuk mematikan serta membedah ayam, plastik untuk alas mengamati organ dalam ayam, spuit untuk mengambil darah ayam, alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ternak ayam broiler (pedaging).
2.2.      Metode
Pemeriksaan nekropsi dilakukan pada ayam yang diduga sakit, caranya dengan menyembelih ayam terlebih dahulu kemudian mencabut bulu pada bagian perut dan dada untuk mengamati permukaan kulit. Kemudian membedah ayam untuk mengamati organ dalam, amati dengan baik luar maupun isi dari organ. Kemudian melakukan melihat kondisi organ dengan melihat warna, ukuran, konsistensi dan uji apung.


BAB III
HASIL PEMBAHASAN
3.1 Pengamatan Perfomans Unggas           
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 





Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu  
              Kesehatan Ternak, 2014.
http://www.pilgrims.com.mx/pilgrimsweb/images/productos/cat_vivo.jpg





Berdasarkan hasil praktikum bahwa tingkah laku ayam merasa kedinginan karena keadaan suhu lingkungan rendah. Pada bagian kepala yang terdiri dari jengger/pial berwarna pucat, bagian dubur kotor, bagian mata sayu, dan pada bagian bulu kepala agak kusam. Hal ini sesuai dengan pendapat Sujionohadi (2004) bahwa pengamatan performans unggas dapat diperhatikan keadaan umum ternak, kulit, bulu, leleran dari liang-liang tubuh, keadaan mata, pial, cuping telinga, keadaan daerah kloaka, berdarah, luka. Ditambahkan oleh pendapat Suprijatna et al (2005) ciri – ciri unggas yang terkena penyakit pada bagian tubuh eksterior antara lain bulu terkulai dan kusam, diare, nafsu makan hilang, pertumbuhan terganggu dan produksi telur menurun.
3.2 Pengambilan Darah
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEF4-P5vonDfEwaNW-sQdsjnvb0Yl4leG8MMVxN3PboRUxeZ8BtcGiSAWM88oiIIjnpijXPretyUzXlxYVThUZG6y_jdIFU7BJ4rmkyQcVAfVdNVYAmApMmEmCaQhjUeLz3augCXIkXW24/s200/pengambilan+darah+ayam.jpg






Berdasarkan hasil praktikum bahwa pengambilan darah dengan cara memposisikan ayam terlentang, pegang kedua sayap secara lembut. Mengambil darah tepat pada vena braciallis (pada bagian dalam sayap). Pengambilan harus dilakukan secara cepat agar agar tidak terjadi pembengkakan. Darah yang diambil sekitar 3 cc. Kemudian masukkan kedalam tabung reaksi antikoagulan. Diamkan selama 30 menit. Mengamati apakah terdapat serum atau tidak. Pemeriksaan darah ayam berguna untuk mengetahui apakah ayam tersebut terdapat penyakit atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Tabbu (2000) yang menyatakan bahwa pengambilan darah pada ternak dilakukan untuk mendiagnosis penyakit pada ternak.
3.3 Nekropsi
Nekropsi adalah suatu upaya mengkoleksi data dari perubahan organ dalam ayam untuk membuat sebuah diagnosa. Fungsi nekropsi adalah mengamati beberapa organ dalam yang mengalami perubahan atau kelainan sehingga dapat dijadikan sumber dugaan bahwa ayam tersebut terserang suatu penyakit dengan melakukan pembedahan.
3.3.1 Pemeriksaan Permukaan Kulit Ayam
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRmV0XEllIFVKQDCg93Ab5ApWbmsifCXSpH-Dun94Mjowp-rsgn






Berdasarkan hasil praktikum bahwa permukaan kulit ayam dalam kondisi mulus tidak terdapat koreng, berwarna cerah dan tidak ada memar. Terdapat lendir pada bagian rongga hidung. Pemeriksaan permukaan kulit ayam bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya penyakit yang diderita oleh ayam tersebut, karena salah satu cirri ayam broiler yang sehat adalah mempunyai kulit licin dan tidak terdapat luka atau memar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sholikin (2011) yang menyatakan bahwa ciri-ciri ayam broiler yang bagus adalah daging lunak, serat baik, berkulit licin tidak terdapat luka atau memar. Menurut Damayanti et al (2012) adanya mukosa pada rongga hidung merupakan cirri-ciri penyakit Swollen Head Syndrome (SHS).
3.3.2 Pemeriksaan Kondisi Warna dan Jaringan dibawah Kulit
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.





Sumber: www.wikimedia.org

Berdasarkan hasil praktikum bahwa pemeriksaan kondisi warna dan jaringan bawah kulit menunjukkan hasil jaringan daging bersih dan berwarna cerah normal.  Hal ini menunjukan bahwa ayam sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianti et al (2013) yang menyatakan bahwa daging ayam sehat berwarna cerah putih kekuningan. Jaringan subkutan juga berwarna bersih tidak terdapat bercak-bercak. Ini menandakan ayam sedang tidak terserang penyakit. Menurut Tarmudji (2005) bahwa salah satu ciri ayam terkena penyakit AI (Avian Influenza) yaitu terdapat ptekhiae subkutan pada kaki dan paha.





3.3.3 Pemeriksaan Semua yang Nampak setelah Otot Dada dan Perut di            
         buka
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.





Sumber: wikimedia.org

Berdasarkan hasil praktikum bahwa bahwa isi rongga dada dan rongga perut bersih, tidak terdapat gumpalan lemak, kantung udara bersih tidak berdarah, jantung sehat berwarna merah muda. Hal ini menandakan bahwa ayam tersebut tidak sakit. Hal ini sesuai pendapat Salim et al (2010) menyatakan bahwa ciri-ciri ayam sakit adalah organ hati, ginjal, jantung, dan limpa bengkak, warna merah kehitaman, bintik-bintik hemoragi jelas terlihat pada mukosa duodenum, hati, ginjal, jantung, paru-paru, dan limpa.




3.3.4 Pemeriksaan Saluran Pencernaan
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOOXOIPN68Vhi_nnKzjb9yQvjVOwcsZbmXplUGDF-_-jvHTiAdHKnfAmWh9Od00LD9iwCX-IqmZM3kzJWbkdUmy78tX_e_HY9ImY9lGzt-ov5WlYJg7njY_hp_ezrUbapm7_M-UHgCaF0/s1600/images.jpg






Berdasarkan hasil praktikum bahwa dinding saluran pencernaan tidak  terdapat kelainan, tidak kotor. Isi dalam saluran pencernaan normal, tidak terdapat cacing. Dalam manajemen pemeliharaan ayam tersebut benar sehingga ayam tidak terkena cacing. Hal ini sesuai dengan pendapat Ashenafi dan Eshetu (2004) menyatakan bahwa penyebab ayam cacingan dikarenakan manajemen pemeliharaanya yang buruk. Retnani et al (2009) menambahkan bahwa cirri ayam yang terkena cacing adalah mendadak lesu, diare,radang usus disertai diare yang meluas jika terinfeksi berat, sehingga produksi menurun dibawah rata-rata, termasuk berat badan, laju pertumbuhan turun, produksi daging maupun telur.



3.3.5 Pemeriksaan Hati
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguvot4GK4Czx54eNgYuK3eZQrEccFKT3dco20tLsAUhheTvRWy9qO6a1kH7IE7jXhfC4MZGUhDlHIVJkuEVgroNqMRNNe80jg-Xe0VyTxq3iDJA-bAmE6gMWDDxCAF5W7H6dkiyiWG-r5A/s1600/hat+ayam.JPG






Berdasarkan hasil praktikum bahwa hati memiliki ukuran normal, berwarna merah kecoklatan, konsistensi kenyal dan terdapat kantong empedu. Ini meandakan hati dalam kondisi baik. Hati berfungsi untuk memproduksi empedu. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah dan Pollana (2004) yang menyatakan bahwa hati yang tidak memiliki kelainan berwarna cokelat kemerahan yang dilengkapi kantong empedu dan konsistensi kenyal. Ditambahkan oleh Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan fungsi utama hati dalam pencernaan dan absorpsi adalah produksi empedu.





3.3.6 Pemeriksaan Jantung
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.
http://anjingdijual.com/upload/img/2013/03/13/13032013141814-7146.jpg





Sumber: www.google.com

Berdasarkan hasil praktikum bahwa jantung berwarna merah, tidak terdapat bintik-bintik pada selaput jantung dan memiliki konsistensi kenyal, yang menandakan jantung dalam kondisi normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Jahja et al., (2006) bahwa ayam dalam kondisi normal jantung berwarna merah muda. Menurut Suprijatna et al. (2005) jantung ayam memiliki empat ruang yaitu dua atrium dan dua ventrikel.













3.3.7 Pemeriksaan Ginjal

Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.






Sumber:

Berdasarkan hasil praktikum bahwa ginjal ayam berukuran kecil dan berwarna merah pucat. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar memanjang, berlokasi di belakang paru-paru dan menempel pada tulang punggung. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan ginjal berfungsi pula sebagai pengatur keseimbangan asam basa da keseimbangan osmosis bagi cairan tubuh.




3.3.8 Pemeriksaan Pankreas
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.





Sumber: wikimedia.com

Berdasarkan hasil praktikum bahwa pankreas pada unggas berwarna putih kekuningan, berukuran normal dan tidak terdapat kelainan. Pankreas merupakan organ pencernaan tambahan yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin maupun kelenjar eksokrin dan terletak di antara usus halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan pankreas terletak diantara duodenal loop pada usus halus dan meruapakan suatu kelenjar yang berfungsi sebagai kelenjar endokrin maupun kelenjar eksokrin. Ditambahkan oleh Yuwanta (2004) yang menyatakan pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya berhubungan dengan pengunaan enrgi ransum, yaitu eksokrin dan endokrin.




3.3.9 Pemeriksaan Trachea
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :


 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.






Sumber:

Berdasarkan hasil praktikum bahwa trakea ayam berwarna putih, tidak terdapat isi. Trakea ayam menunjukkan bahwa ayam dalam kondisi sehat. Trakea merupakan saluran pernapasan yang memanjang dari pangkal rongga mulut sampai dengan rongga dada.









3.3.10 Pemeriksaan Paru – Paru
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.






Sumber:

Berdasarkan hasil praktikum bahwa paru-paru berwarna merah, memiliki konsistensi kenyal, terdapat O2 saaat melakukan uji apung yang artinya pernafasan ayam masih baik. Namun terdapat bintik hitam di paru-paru ayam. Adanya bintik hitam pada paru-paru diindikasikan ayam tersebut terserang penyakit CRD (Coryza dan Crhonic Respiratory Disease). Hal ini sesuai dengan pendapat Medion (2007) yang menyatakan bahwa anak ayam yang terserang CRD akan menunjukkan gejala berupa tubuh lemah, sayap terkulai, mengantuk dan diare berwarna seperti tanah. Bila dilakukan nekropsi maka kantung udara dan paru-paru akan menunjukkan warna keruh berupa bintik-bintik hitam.




3.3.12 Pemeriksaan Syaraf
Berdasarkan hasil pratikum didapatkan hasil sebagai berikut :
 






Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
              Kesehatan Ternak, 2014.






Sumber:

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa syaraf  berwarna putih serta ukuran normal yang artinya syaraf perasa pada ayam masih berfungssi normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaupp et al., (1959) disitasi Soedarmono (1960) yang menyatakan bahwa syarafmayam yang masih normal memiliki warna putih yang menunjukkan bahwa ayam tersebut memiliki syaraf perasa yang masih baik.








BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum bahwa saat melakukan nekropsi ayam dalam kondisi sehat tidak terdapat penyakit. Saluran pencernaan ayam bersih, normal. Namun pada bagian paru-paru terdapat bintik hitam. Nekropsi bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit yang menyerang unggas.
4.2. Saran
Pada saat melakukan praktikum harus hati-hati agar tidak melukai unggas. Pengamatan dilakukan dengan teliti agar hasilnya valid. Setelah melakukan praktikum meja tempat untuk nekropsi dibersihkan kembali.










DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, M., Bambang D. dan Bhakti E. S. 2013. Perubahan Warna, Profil Protein, Dan Mutu Organoleptik Daging Ayam Broiler Setelah Direndam Dengan Ekstrak Daun Senduduk. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 2 (3) : 116 – 120
Ashenafi H ,Eshetu Y. 2004. Study On Gastro Intestinal Helminths Of Local Chickens In Central Ethiopia. Revue Med Vet 155(10): 504-507.
Damayanti, Y. Ida B. O. W. dan Mas D. R. 2012. Evaluasi Penyakit Virus Pada Kadaver Broiler Berdasarkan Pengamatan Patologi Anatomi Di Rumah Pemotongan Unggas. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus 1(3) : 417 - 427.
Fadilah, R. dan A. Polana. 2004. Aneka Penyakit Pada Ayam dan Cara Mengatasinya. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Jahja, J., L. Lestariningsih., N. Fitria,. T. Murwijati dan T. Suryani. 2006. Penyakit Penyakit Penting Pada Ayam Edisi 5. Medion, Bandung.
Medion. 2008. Biangnya CRD Kompleks. Info Medion Online Edisi April 2008.
Retnani, E. B., Fadjar S., Upik K. H., dan Singgih H. S. 2009. Analisis factor-faktor resiko infeksi cacing pita pada ayam ras petelur komersial di Bogor. Jurnal Veteriner 10 (3) : 165 - 172.
Salim, M. N. dan Dian M. 2010. Pengaruh Sulfaqu Inoxalin Pada Ayam Broiler : Gejala Klinis Dan Patologi Anatomi. Jurnal Kedokteran Hewan 4 (2) : 65 - 68
Sholikin, H. 2011. Manajemen Pemeliharaan Ayam Broiler Di Peternakan UD Hadi PS Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Tugas Akhir)
Soedarmono, D. 1960. Penelitian Tentang Penyerapan Gula-gulaan Dari Mulut Dan Tembolok Ayam Dengan Menggunakan Xylosa-I-C14Dan Glukosa-II-C14. Departemen Biokimia. Institut Pertanian Bogor.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Tarmudji. 2005. Penyakit Pernafasan Pada Ayam, Ditinjau Dari Aspek Klinik Dan Patologik Serta Kejadiannya Di Indonesia. Jurnal Wartozoa 15 (2) : 72 – 82.
Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar