Jumat, 13 Juni 2014

laporan ilmu tanaman pakan









ACARA I
SKARIFIKASI






BAB I
PENDAHULUAN
            Perkecambahan merupakan suatu aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat dari embrio dalam perkembangan biji menjadi tanaman muda. Kecepatan perkecambahan banyak dipengaruhi oleh serapan air, aktivitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit, terbentuknya tanaman kecil dan usaha memperkuat tanaman kecil tersebut. Permeabilitas kulit biji legum pakan merupakan faktor penghambat utama dalam perkecambahan. Biji legum mempunyai kulit yang cukup keras sehingga untuk membantu proses perkecambahan diperlukan skarifikasi secara fisik, kimia dan mekanik.
            Tujuan dari praktikum Pengujian Daya Tumbuh Benih dan Uji Muncul Tanah adalah agar mahasiswa dapat melakukan skarifikasi, mengetahui efek skarifikasi terhadap persentase perkecambahan berbagai leguminosa pakan serta mengetahui efek skarifikasi dan kedalaman terhadap persentase muncul tanah berbagai leguminosa pakan. Manfaat praktikum skarifikasi dan uji muncul tanah adalah mahasiswa mampu melakukan skarifikasi dan uji muncul tanah secara baik dan benar.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Skarifikasi
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Skarifikasi dapat dilakukan dengan cara mekanik seperti mengikir atau menggosok kulit benih dengan amplas, dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan asam kuat seperti H2SO4 dengan konsentrasi pekat serta perlakuan cara fisik dengan merendam dengan  air yang dipanaskan sampai 60oC. Skarifikasi bisa menjamin bahwa hanya sedikit saja biji yang mampu mempertahankan kondisi keras pada kondisi tersebut (Nawi, 2000).

2.1.1.   Fisik
            Secara umum skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan cara merendam benih legum dengan air panas. Perlakuan fisik dengan perendaman air panas dilakukan dengan cara merendam benih selama  10 menit.  Hal ini ditujukan agar benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya proses perkecambahan (Pramono et al., 2010). Pemberian air, oksigen, dan suhu yang tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang menjadi tanaman dewasa (Vanclive, 2004). Dengan demikian, perlu sekali penyesuaian suhu air supaya perkecambahan dapat terjadi dengan baik.

2.1.2.   Kimia
Skarifikasi kimiawi dilakukan dengan cara merendam benih legum kedalam H2SO4. Kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan senyawa-senyawa di dalam tanah (Vancleave, 2004). Senyawa H2SO4 dalam tanah dapat kita wakilkan pada percobaan skarifikasi kimia. Dapat juga menggunakan KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat masuknya  oksigen ke dalam benih (Guntoro, 2009).

2.1.3.   Mekanik
            Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara menggosok mata benih legum dengan menggunakan amplas.  Bagian mata benih digosok hingga putih sehingga biji lewat masa dormansinya. Pengamplasan yang terlalu halus dapat menyebabkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air maupun gas, selain terhadap air maupun gas, dapat mengakibatkan kulit biji yang keras akan terkelupas sehingga air maupun gas dapat masuk dan perkecambahan pun terjadi (Daryono, 2007). Perkecambahan tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji dipecahkan (Vancleave, 2004).

2.2.      Perkecambahan
            Perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut yaitu radikula                  (bakal akar) dan plumula (bakal batang) (Sudjadi, 2006). Perkecambahan  juga dapat diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil dari  perkecambahan ini yaitu munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula  tumbuh  dan  berkembang menjadi akar (Syamsuri, 2004).
2.3.      Uji Muncul Tanah
            Uji muncul tanah merupakan suatu cara untuk mengetahui kualitas biji dengan media tanah, sebelum ditanam benih di skarifikasi terlebih dahulu.  Faktor yang mempengaruhi uji muncul tanah yaitu keadaan benih, kandungan unsur hara dan keadaan medium tanahnya. Selain itu tanah yang dipergunakan untuk membenamkan biji sangat tergantung pada ukuran biji, sebab pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan (Yahya, 2002). Tanaman memperoleh makanan atau unsur hara melalui akar tanaman yang berada didalam tanah. Tanah menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur-unsur kimia lainnya untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Vancleave, 2004).

2.4.      Benih
            Benih adalah biji tanaman yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Biji merupakan organ reproduksi tanaman yang berfungsi sebagai unit penyebaran (dispersal unit) untuk perbanyakan tanaman secara alamiah, sedangkan Benih hanya akan berkecambah setelah mengalami masa dormasi (Vancleave, 2004). Selain itu, biji-biji/benih yang akan digunakan sebagai bibit harus bibit yang murni, bebas dari penyakit, serta mempunyai daya tumbuh yang baik (Sugeng, 2008).

2.4.1.   Sentro (Centrosema pubescens)
            Legum sentro ini berasal dari Amerika Selatan. Sentro mempunyai ciri-ciri yaitu daun trifoliat, tumbuh membelit, menjalar dan berbunga kupu-kupu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rukmana, 2005) bahwa sifat tanaman sentro yaitu tumbuh menjalar dan memanjat, batang agak berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai anak daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan berwarna ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang antara 10-15 cm. Siklus hidup legum sentro parennial dan dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rukmana, 2005) bahwa sentro cocok ditanam di daerah yang berketinggian rata-rata 600 m dpl dengan curah hujan antara 1.200 – 1.500 mm, bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah yang kurus dan berdrainase baik.  Namun, legum ini tidak tahan terhadap genangan air.

2.4.2.   Puero (Pueraria pheaseoloides)
            Legum jenis puero disebut juga kudzu tropik berasal dari Asia bagian timur dan Kepulauan Pasifik dengan sifat membelit, merambat dan dapat membentuk semak yang rimbun. Ciri-ciri dari puero antara lain sifat perakarannya dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan bunganya berwarna ungu kebiruan (Pramono et al., 2010). Penanaman legum jenis puero dapat dilakukan pada curah hujan 1270 mm atau lebih dan pada struktur tanah sedang dan berat, tahan terhadap tanah yang kering, tanah asam, tanah yang kekurangan zat kapur dan fosfor serta dapat hidup di tanah yang berat maupun berpasir (Daryono, 2007)

2.4.3.   Kalopo (Calopogonium mucunoides)
            Calopogonium mucunoides berasal dari Amerika Selatan, mempunyai siklus hidup perenial. Ciri-ciri dari kalopo yaitu pertumbuhan menjalar, merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan yang lebat akan tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto, 2006). Batang serta daun mudanya berbulu, daun trifoliat, bunga kecil berwarna ungu. Tanaman kalopo biasa hidup dilahan miskin unsur hara, hal ini sesuai dengan penelitian (Rahman, 2006) yang menyatakan bahwa tanaman legum pakan sentro, kalopo, puero umumnya tumbuh pada tanah ultisol dengan ciri miskin unsur hara, dan pH rendah yang berakibat pada rendahnya ketersediaan unsur hara esensial tertentu bagi tanaman. Legum ini tumbuh di daerah tropika dengan curah hujan 1000-1400 mm/tahun, ketinggian 200-1000 m dpl dengan struktur tanah sedang sampai berat dan termasuk yang tidak tahan dingin dan kemarau panjang.



BAB III
MATERI DAN METODE
            Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Skarifikasi terhadap Perkecambahan dan Uji Muncul Tanah dilaksanakan pada tanggal 13 April 2013 – 28 April 2013 di Laboratorium Ilmu Tanaman dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

3.1.      Materi
            Dalam praktikum ini menggunakan alat cawan petri (petridish) sebagai wadah benih setelah dilakukan skarifikasi, bak perkecambahan (polybag) dan tanah sebagai media tanam benih, plastik dan tisu untuk media perkecambahan benih di dalam inkubator, amplas untuk alat skarifikasi secara mekanik,  alat tulis dan buku catatan untuk mencatat perkembangan benih setiap harinya. Bahan yang digunakan benih legum pakan (sentro, puero dan kalopo), H2SO4 96% untuk merendam benih dalam skarifikasi secara kimiawi, air panas digunakan untuk merendam benih dalam skarifikasi secara fisik dan air steril untuk menjaga kelembaban benih.

3.2.      Metode
3.2.1.   Skarifikasi
Metode praktikum skarifikasi kimiawi dilakukan dengan cara merendam benih legum puero, sentro dan kalopo ke dalam H2SO4  96% selama 3-5 menit. Skarifikasi mekanik dilakukan dengan cara mengaplas mata benih biji legum hingga halus atau berwarna putih. Skarifikasi secara fisik dilakukan dengan cara merendam biji legum dengan air panas 60o C selama ± 5 menit.

3.2.2.   Perkecambahan
Metode perkecambahan antara skarifikasi kimia, mekanik dan fisik sama yaitu dengan mengunakan media perkecambahan tisu sebanyak 10 lembar, yaitu 5 lembar untuk alas dan 5 lembar untuk penutup. Susun benih legum sesuai dengan U1 dan U2, setelah itu semprot dengan air steril. Lapisi lagi dengan tisu dan semprot lagi dengan air steril kemudian gulung ke atas. Setelah itu memasukkan ke dalam ruang inkubator dengan suhu kamar. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dengan cara mengamati benih yang sudah berkecambah setiap harinya dimulai pada hari kedua. Benih yang sudah berkecambah serta yang terkena jamur dan busuk dibuang.

3.2.3.   Uji Muncul Tanah
Metode uji muncul tanah dengan cara skarifikasi benih legum secara kimia, mekanik dan fisika. Menanam benih di media polibag yang sudah diisi tanah sebagai media tumbuh. Benih di susun sesuai dengan U1 dan U2. Melakukan pengamatan benih setiap hari selama 14 hari serta melakukan penyiraman setiap hari. Kemudian menghitung persentase kecambah, Vigor Index, dan Coefisien Vigor.



1.      Persentase Perkecambahan :
 % perkecambahan =

2.      Vigor Index :
VI =
Keterangan :
VI        = Vigor Index
            C         = Jumlah kecambah pada hari tertentu
            D         = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah


3.      Coefisien Vigor :
CV =
            Keterangan:
            CV      = Coefisien Vigor
            A         = Jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu
            T          = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah
           


           




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.      Perkecambahan

Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi perkecambahaan yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 1 Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
1
3,09
2,045
100
28,57
64,285
15
Puero
1,08
0,58
0,83
15,625
14,28
14,9525
40
Kalopo
0,49
1,17
0,83
10,71
12
11,355
30
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
            Pada percobaan skarifikasi secara fisik, biji legum direndam di dalam air hangat 60 oC Selama 5-10 menit. Tujuan skarifikasi secara fisik ialah agar benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya proses perkecambahan (Pramono et al., 2010). Dari proses skarifikasi ini, memperoleh hasil ada beberapa biji yang berkecambah akibat interaksi antara biji dengan air, baik dari biji sentro, kalopo, maupun puero mengalami perkembangan. Hal ini sama artinya bahwa memberikan air, oksigen, dan suhu yang tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang menjadi tanaman dewasa (Vanclive, 2004). Dari hasil di atas membuktikan bahwa tanaman yang sebelumnya hanya biji dalam keadaan dormasi, mampu mengalami perkecambahan. Biji sentro mengalami perkecambahan sebanyak 15%, puero 40% dan kalopo 30% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Sedangkan Indeks Vigor rata-rata dari sentro ialah 2,045, puero 0,83 serta kalopo 0,85. Koefisien vigor juga menggunakan rumus yang telah dijelaskan di depan, dengan hasil rata-rata sentro 64,285, puero 14,95 dan kalopo 11,35. Jika dibandingkan dengan skarifikasi yang lain, skarifikasi fisik memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
Tabel. 2 Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
3,67
3
3,335
46,67
45,45
46,06
60
Puero
1,62
2,4
2,01
23,8
33,33
28,565
50
Kalopo
7,63
7,33
7,48
40
80
60
90
 Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

            Pada percobaan skarifikasi biji legum secara mekanik, memperoleh hasil persentase perkecambahan sentro sebanyak 60%, puero 50% dan kalopo 90% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Cara yang dipakai dalam skarifikasi ini ialah dengan mengamplas biji legum satu persatu, supaya kulit biji yang keras dapat terkelupas. Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa pengamplasan yang terlalu halus dapat menyebabkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air maupun gas, serta dapat mengakibatkan kulit biji yang keras menjadi terkelupas sehingga air maupun gas dapat masuk dan perkecambahan pun terjadi (Daryono, 2007). Dengan adanya persentase perkecambahan akibat skarifikasi secara mekanik menunjukkan bahwa pengamplasan berakibat pada proses perkecambahan biji legum. Perkecambahan tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji terlebih dahulu dipecahkan (Vancleave, 2004). Hal ini sesuai dengan pengamatan, bahwa ketika biji itu berkecambah maka akan keluar kotiledon dari dalam biji dan kulit bijinya terbuka. Kulit biji yang terbuka inilah, yang dinamakan pemecahan kulit biji dalam proses perkecambahan. Perhitungan Indeks Vigor dan Koefisien Vigor dilakukan menggunakan rumus yang telah ada. Hasilnya, Indeks Vigor dari sentro sebesar 3,335, puero 2,01 dan kalopo 7,48. Pada Koefisien Vigor, didapatkan hasil rata-rata sentro sebesar 46,06, puero 28,565 dan kalopo 60. Cara menghitung Indeks Vigor serta Koefisien Vigor menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Data yang dipakai, ialah data pengamatan selama dua minggu, khusus skarifikasi mekanik uji perkecambahan.

Tabel. 3 Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
8,33
9,17
8,75
81,82
66,67
74,245
95
Puero
3,23
2,83
3,03
23,81
57,14
40,475
45
Kalopo
5,17
1,96
3,565
36,84
22,73
29,785
60
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Berdasarkan hasil skarifikasi secara kimiawi, memperoleh hasil perkecambahan sentro sebesar 95%, puero 45%, serta kalopo 60% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Sekarifikasi kimia ini menggunakan H2SO4, untuk merendam biji legum selama 5-10 menit hingga kulit bijinya dapat terpecah. Sesuai pendapat (Vancleave,2004) bahwa kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan senyawa-senyawa di dalam tanah. Hal yang sama menyatakan bahwa senyawa H2SO4 dalam tanah dapat kita terapkan pada percobaan skarifikasi kimia. Dapat juga menggunakan KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat masuknya oksigen ke dalam benih (Guntoro, 2009). Dengan perendaman menggunakan H2SO4, dapat membuka pori-pori kulit biji legum sehingga penyerapan suhu dan proses pemecahan kulit dapat berlangsung dengan baik. Hal ini terbukti dengan terjadinya proses perkecambahan pada biji sentro, kalopo dan puero. Indeks Vigor rata-rata sentro sebesar 8,75, puero sebesar 3,03 dan kalopo sebesar 3,565 serta Koefisien Vigor rata-rata sentro 74,245, puero 40,475 dan kalopo 29,785 yang dihitung menggunakan rumus yang telah dijelaskan di depan. Data yang digunakan dalam perhitungan ialah hasil pengamatan selama dua minggu, khusus biji yang discarifikasi dengan cara kimia.

4.2.      Uji Muncul Tanah
Berdasarkan praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Uji Muncul Tanah yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 4 Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Fisik
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
2,02
1,4
1,71
13,04
10,75
11,895
95
Puero
0,49
0,58
0,535
11,76
12,9
12,33
40
Kalopo
1
0,2
0,6
100
14,28
57,14
20
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Pada uji muncul tanah menggunakan skarifikasi fisik dengan cara merendam biji legum dalam air bersuhu 60oC selama 5-10 menit sebelum penanaman, memperoleh hasil 95% biji sentro dapat berkecambah, puero sebesar 40% serta kalopo 20% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Hal ini sesuai dengan pendapat (Vanclive, 2004) yang menyatakan bahwa pemberian air, oksigen, dan suhu yang tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang menjadi tanaman dewasa. Selain itu, pengaturan kedalaman penanaman juga biji sedalam 1 cm juga dipertimbangkan supaya kecambah dapat muncul ke atas dengan cepat. Hal ini sesua dengan bendapat Yahya (2002) yang menyatakan bahwa tanah yang dipergunakan untuk membenamkan biji sangat tergantung pada ukuran biji, sebab pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan. Setelah pengamatan selama dua minggu, maka kemudian melakukan pengukuran Indeks Vigor dengan hasil rata-rata sentro 1,71, puero  0,535 dan kalopo 0,6 serta Koefisien Vigor rata-rata sentro 11,895, puero 12,33 dan kalopo 57,14.

Tabel. 5 Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Mekanik
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
4,83
4,17
4,5
47,62
37,04
42,33
100
Puero
1,32
0,55
0,935
16,28
12,9
14,59
55
Kalopo
0,42
2,98
1,7
15,625
20,93
18,2775
95
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

            Pada uji muncul tanah menggunakan skarifikasi mekanik dengan cara mengamplas kulit biji legum sebelum penanaman, memperoleh hasil perkecambahan sebesar 100% untuk sentro, serta puero 55% dan kalopo 95% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Hal ini sesuai bendapat (Vanvleave, 2004) yang menyatakan bahwa perkecambahan tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji dipecahkan. Selain itu, faktor lain yang menentukan keberhasilan perkecambahan adalah kedalaman penanaman biji, hal ini sesuai dengan pendapat (Yahya, 2002) pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan. Sedangkan pada pembenaman uji perkecambahan ini, menggunakan kedalaman 1 cm dibawah permukaan tanah. Setelah mengamati uji muncul tanah selama dua minggu, maka melakukan pengukuran Indekks Vigor rata-rata dengan hasil sentro 4,5, puero 0,935 serta kalopo 1,7 dan pengukuran Koefisien Vigor rata-rata dengan hasil sentro 42,33, puero 14,59, serta kalopo 1,2775
Tabel. 6 Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Kimia
Jenis Legum
Indek Vigor
Koefisien Vigor
Persentase Perkecambahan (%)
U1
U2
Rata-rata
U1
U2
Rata-rata
Sentro
3,49
4,3
3,895
35,71
23,81
29,76
100
Puero
1,33
1,14
1,235
17,07
15,79
16,43
65
Kalopo
0,07
0,42
0,245
7,69
10
8,845
15
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.

Pada uji muncul tanah menggunakan skarifikasi kimia dengan merendam biji legum pada senyawa H2SO4 selama 5 menit, maka memperoleh hasil rata-rata perkecambahan sentro sebesar 100%, puero 65% serta kalopo 15% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Perendaman menggunkan senyawa H2SO4 ini, berfungsi untuk memecah kulit pembungkus biji. Hal ini sesuai pendapat (Vancleave, 2004) yang menyatakan bahwa kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan senyawa-senyawa di dalam tanah. Dalam uji kimia ini, senyawa H2SO4 berperan sebagai pengganti senyawa di dalam tanah. Pada penanaman biji legum ini, menggunakan kedalaman 1 cm supaya laju perkecambahannya berlangsung cepat. Hal ini sesuai pendapat (Yahya, 2002) yang menyatakan bahwa tanah yang dipergunakan untuk membenamkan biji sangat tergantung pada ukuran biji, sebab pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan. Setelah mengamati selama dua minggu maka kemudian menghitung Indeks Vigor rata-rata dengan hasil sentro 3,395, puero 1,235 dan kalopo 0,245 serta hasil pengukuran Koefisien Vigor dengan hasil sentro 29,76, puero 16,43 dan kalopo 8,845.











BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dengan acara skarifikasi, dapat disimpulkan bahwa biji Calopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides  dan Sentrosoma pubescens yang di scarifikasi dengan cara mekanik lebih baik dari pada, fisik dan kimia. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dari skarifikasi  mekanik terhadap legum sentro, kalopo maupun puero. Hasil pengamatan Uji Muncul Tanah menunjukkan bahwa pada biji Calopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides dan Sentrosoma pubescens yang di skarifikasi dengan mekanik menunjukkan pertumbuhan yang paling banyak bila dibandingkan skarifikasi dengan larutan H2SO4 maupun air panas 600C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan adalah ketersediaan air, oksigen, cahaya dan media tanam yang digunakan untuk tumbuh. Penyiraman juga akan berpengaruh terhadap perkecambahan, dengan pemberian air yang berlebihan akan mengakibatkan pori-pori udara menjadi jenuh dan berakibat pada daya kecambah yang rendah.

5.2.      Saran
Hendaknya ketika melakukan pengamatan uji perkecambahan dan uji muncul tanah dilakukan secara rutin setiap hari sebagaimana tertera pada buku petunjuk praktikum, teliti dan cermat dalam melakukan percobaan skarifikasi, serta benih dipastikan dalam keadaan lembab sampai dua minggu.
DAFTAR PUSTAKA
Daryono.2007. Pengaruh Posisi Penyemaian dan Skarifikasi Benih. Erlangga, Jakarta.

Guntoro, S.2009.Membuat Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Nawi, M. 2000. Skarifikasi Tanaman Pakan. Erlangga, Jakarta.

Pramono, A.A, Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR, Bogor.

R, Sugeng H. 2008. Bercocok Tanam Sayuran. Aneka Ilmu, Semarang.

Rahman. 2006. Hasil Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Budidaya Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.

Sudjadi, Bagod. 2006. Analisis Enzim Tumbuhan Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sukamto, B. 2006.Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Syamsuri, Istamar. 2004. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cupta, Jakarta

Vancleave, Janice. 2004. A+ PROYEK-PROYEK BIOLOGI. Bandung, Pakar Raya.

Wirawan dan Wahyuni. 2002. Fisiologi Tumbuhan Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya. BPIPB, Bogor.

Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga, Jakarta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar