ACARA I
SKARIFIKASI
BAB I
PENDAHULUAN
Perkecambahan
merupakan suatu aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat dari embrio dalam
perkembangan biji menjadi tanaman muda. Kecepatan perkecambahan banyak dipengaruhi
oleh serapan air, aktivitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit,
terbentuknya tanaman kecil dan usaha memperkuat tanaman kecil tersebut.
Permeabilitas kulit biji legum pakan merupakan faktor penghambat utama dalam
perkecambahan. Biji legum mempunyai kulit yang cukup keras sehingga untuk
membantu proses perkecambahan diperlukan skarifikasi secara fisik, kimia dan mekanik.
Tujuan
dari praktikum Pengujian Daya Tumbuh Benih dan Uji Muncul Tanah adalah agar
mahasiswa dapat melakukan skarifikasi, mengetahui
efek skarifikasi terhadap persentase
perkecambahan berbagai leguminosa pakan serta mengetahui efek skarifikasi dan kedalaman terhadap persentase
muncul tanah berbagai leguminosa pakan. Manfaat praktikum skarifikasi dan uji
muncul tanah adalah mahasiswa mampu melakukan skarifikasi dan uji muncul tanah
secara baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Skarifikasi
Skarifikasi
merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang
ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan
biji yang seragam (Schmidt, 2000). Skarifikasi dapat
dilakukan dengan cara mekanik seperti mengikir atau menggosok kulit benih
dengan amplas, dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan asam kuat seperti H2SO4
dengan konsentrasi pekat serta perlakuan cara fisik dengan merendam
dengan air yang dipanaskan sampai 60oC. Skarifikasi bisa menjamin bahwa hanya sedikit saja biji yang mampu mempertahankan
kondisi keras pada kondisi tersebut (Nawi, 2000).
2.1.1. Fisik
Secara umum skarifikasi fisik dapat dilakukan dengan cara merendam
benih legum dengan
air panas. Perlakuan
fisik dengan perendaman air panas dilakukan dengan cara merendam benih
selama 10 menit. Hal
ini ditujukan agar benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya
proses perkecambahan (Pramono et al., 2010). Pemberian
air, oksigen, dan suhu yang tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan
berkecambah dan berkembang menjadi tanaman dewasa (Vanclive, 2004). Dengan
demikian, perlu sekali penyesuaian suhu air supaya perkecambahan dapat terjadi
dengan baik.
2.1.2. Kimia
Skarifikasi
kimiawi dilakukan dengan cara merendam benih legum kedalam H2SO4.
Kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan
senyawa-senyawa di dalam tanah (Vancleave, 2004). Senyawa H2SO4 dalam tanah
dapat kita wakilkan pada percobaan skarifikasi kimia. Dapat
juga menggunakan KNO3, sebagai pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat
masuknya oksigen ke dalam benih (Guntoro, 2009).
2.1.3. Mekanik
Skarifikasi
mekanik dilakukan dengan cara menggosok mata benih legum dengan menggunakan
amplas. Bagian mata benih digosok hingga
putih sehingga biji lewat masa dormansinya. Pengamplasan yang terlalu halus
dapat menyebabkan dormansi benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit
biji terhadap air maupun gas, selain terhadap air maupun gas, dapat
mengakibatkan kulit biji yang keras akan terkelupas sehingga air maupun gas
dapat masuk dan perkecambahan pun terjadi (Daryono,
2007). Perkecambahan
tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji dipecahkan
(Vancleave, 2004).
2.2. Perkecambahan
Perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan embrio dan
komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal
menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut yaitu radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang) (Sudjadi, 2006). Perkecambahan juga dapat diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil dari perkecambahan ini yaitu munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan
embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan
radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar (Syamsuri, 2004).
2.3. Uji Muncul
Tanah
Uji muncul tanah merupakan suatu cara untuk mengetahui kualitas biji dengan
media tanah, sebelum ditanam benih di skarifikasi terlebih
dahulu. Faktor yang mempengaruhi uji muncul tanah yaitu keadaan benih,
kandungan unsur hara dan keadaan medium tanahnya. Selain itu tanah yang dipergunakan untuk membenamkan biji sangat tergantung
pada ukuran biji, sebab pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan
(Yahya, 2002). Tanaman
memperoleh makanan atau unsur hara melalui akar tanaman yang berada didalam
tanah. Tanah menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, dan unsur-unsur kimia
lainnya untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Vancleave, 2004).
2.4. Benih
Benih adalah biji tanaman
yang telah mengalami perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam
memperbanyak tanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002). Biji merupakan organ
reproduksi tanaman yang berfungsi sebagai unit penyebaran (dispersal unit) untuk perbanyakan tanaman secara
alamiah, sedangkan Benih hanya akan
berkecambah setelah mengalami masa dormasi (Vancleave,
2004). Selain itu, biji-biji/benih yang akan digunakan
sebagai bibit harus bibit yang murni, bebas dari penyakit, serta mempunyai daya
tumbuh yang baik (Sugeng, 2008).
2.4.1. Sentro (Centrosema
pubescens)
Legum
sentro ini berasal dari Amerika Selatan. Sentro mempunyai ciri-ciri yaitu daun trifoliat, tumbuh membelit,
menjalar dan berbunga kupu-kupu. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rukmana, 2005)
bahwa sifat tanaman sentro yaitu tumbuh menjalar dan memanjat, batang agak
berbulu, berdaun majemuk, pada setiap tangkai daun terdapat tiga helai anak
daun, warna daun hijau gelap, berbunga besar berbentuk kupu-kupu dan berwarna
ungu pucat, polong berbentuk pipih seperti pedang dengan panjang antara 10-15
cm. Siklus hidup legum sentro parennial dan dapat tumbuh baik di daerah
tropis maupun subtropis. Hal ini sesuai dengan pendapat (Rukmana, 2005) bahwa
sentro cocok ditanam di daerah yang berketinggian rata-rata 600 m dpl dengan
curah hujan antara 1.200 – 1.500 mm, bahkan masih dapat tumbuh baik di tanah
yang kurus dan berdrainase baik. Namun, legum ini tidak tahan terhadap genangan air.
2.4.2. Puero (Pueraria
pheaseoloides)
Legum
jenis puero disebut juga kudzu tropik berasal dari Asia bagian timur dan
Kepulauan Pasifik dengan sifat membelit, merambat dan dapat membentuk semak
yang rimbun. Ciri-ciri dari puero antara lain sifat perakarannya
dalam, daun muda tertutup bulu berwarna coklat, daunnya berwarna hijau tua dan
bunganya berwarna ungu kebiruan (Pramono et
al., 2010). Penanaman legum jenis puero dapat
dilakukan pada curah hujan 1270 mm atau lebih dan pada struktur tanah sedang
dan berat, tahan terhadap tanah yang kering, tanah asam, tanah yang kekurangan
zat kapur dan fosfor serta dapat hidup di tanah yang berat maupun berpasir (Daryono, 2007)
2.4.3. Kalopo (Calopogonium
mucunoides)
Calopogonium mucunoides
berasal dari Amerika Selatan, mempunyai siklus
hidup perenial. Ciri-ciri dari kalopo yaitu pertumbuhan menjalar,
merambat, tidak tahan terhadap penggembalaan, tidak tahan naungan
yang lebat akan tetapi dapat tumbuh dengan baik didaerah yang lembab (Sukamto,
2006). Batang serta daun mudanya berbulu, daun
trifoliat, bunga kecil berwarna ungu.
Tanaman kalopo biasa hidup dilahan miskin unsur hara, hal ini sesuai dengan
penelitian (Rahman, 2006) yang menyatakan bahwa tanaman legum pakan sentro,
kalopo, puero umumnya tumbuh pada tanah ultisol dengan ciri miskin unsur hara,
dan pH rendah yang berakibat pada rendahnya ketersediaan unsur hara esensial
tertentu bagi tanaman. Legum ini tumbuh di
daerah tropika dengan curah hujan 1000-1400 mm/tahun, ketinggian 200-1000 m dpl dengan struktur tanah
sedang sampai berat dan termasuk yang tidak tahan dingin dan kemarau panjang.
BAB
III
MATERI
DAN METODE
Praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Skarifikasi terhadap Perkecambahan
dan Uji Muncul Tanah dilaksanakan pada tanggal 13 April 2013 – 28 April 2013 di
Laboratorium Ilmu Tanaman dan Makanan
Ternak, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro Semarang.
3.1. Materi
Dalam
praktikum ini menggunakan alat cawan petri (petridish) sebagai wadah benih
setelah dilakukan skarifikasi, bak perkecambahan (polybag) dan tanah sebagai
media tanam benih, plastik dan tisu untuk media perkecambahan benih di dalam
inkubator, amplas untuk alat skarifikasi secara mekanik, alat tulis dan buku catatan untuk mencatat
perkembangan benih setiap harinya. Bahan yang digunakan benih legum pakan
(sentro, puero dan kalopo), H2SO4 96% untuk merendam
benih dalam skarifikasi secara kimiawi, air panas digunakan untuk merendam
benih dalam skarifikasi secara fisik dan air steril untuk menjaga kelembaban
benih.
3.2. Metode
3.2.1. Skarifikasi
Metode praktikum
skarifikasi kimiawi dilakukan dengan cara merendam benih legum puero, sentro
dan kalopo ke dalam H2SO4 96% selama 3-5 menit. Skarifikasi mekanik
dilakukan dengan cara mengaplas mata benih biji legum hingga halus atau
berwarna putih. Skarifikasi secara fisik dilakukan dengan cara merendam biji
legum dengan air panas 60o C selama ± 5 menit.
3.2.2. Perkecambahan
Metode
perkecambahan antara skarifikasi kimia, mekanik dan fisik sama yaitu dengan
mengunakan media perkecambahan tisu sebanyak 10 lembar, yaitu 5 lembar untuk
alas dan 5 lembar untuk penutup. Susun benih legum sesuai dengan U1 dan U2,
setelah itu semprot dengan air steril. Lapisi lagi dengan tisu dan semprot lagi
dengan air steril kemudian gulung ke atas. Setelah itu memasukkan ke dalam ruang
inkubator dengan suhu kamar. Pengamatan dilakukan selama 14 hari dengan cara
mengamati benih yang sudah berkecambah setiap harinya dimulai pada hari kedua.
Benih yang sudah berkecambah serta yang terkena jamur dan busuk dibuang.
3.2.3. Uji Muncul Tanah
Metode uji muncul tanah
dengan cara skarifikasi
benih legum secara kimia, mekanik dan fisika. Menanam benih di media polibag
yang sudah diisi tanah sebagai media tumbuh. Benih di susun sesuai dengan U1 dan U2. Melakukan pengamatan
benih setiap hari selama 14 hari serta melakukan penyiraman setiap hari. Kemudian
menghitung persentase kecambah, Vigor Index, dan Coefisien Vigor.
1. Persentase
Perkecambahan :
%
perkecambahan =
2. Vigor
Index :
VI =
Keterangan :
VI =
Vigor Index
C =
Jumlah kecambah pada hari tertentu
D =
Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah
3. Coefisien
Vigor :
CV =
Keterangan:
CV =
Coefisien Vigor
A =
Jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu
T =
Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah kecambah
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Perkecambahan
Berdasarkan
praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi perkecambahaan yang dilaksanakan selama
dua minggu diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 1
Perkecambahan dengan Skarifikasi Fisik
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
1
|
3,09
|
2,045
|
100
|
28,57
|
64,285
|
15
|
Puero
|
1,08
|
0,58
|
0,83
|
15,625
|
14,28
|
14,9525
|
40
|
Kalopo
|
0,49
|
1,17
|
0,83
|
10,71
|
12
|
11,355
|
30
|
Sumber :
Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan, 2013.
Pada percobaan skarifikasi secara
fisik, biji legum direndam di dalam air hangat 60 oC Selama 5-10
menit. Tujuan skarifikasi
secara fisik ialah
agar benih menjadi lebih lunak sehingga memudahkan terjadinya proses
perkecambahan (Pramono et al., 2010). Dari proses skarifikasi ini, memperoleh hasil ada
beberapa biji yang berkecambah akibat interaksi antara biji dengan air, baik
dari biji sentro, kalopo, maupun puero mengalami perkembangan. Hal ini sama
artinya bahwa memberikan air, oksigen, dan suhu yang
tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang menjadi
tanaman dewasa (Vanclive, 2004). Dari hasil di atas membuktikan bahwa
tanaman yang sebelumnya hanya biji dalam keadaan dormasi, mampu mengalami
perkecambahan. Biji sentro mengalami perkecambahan sebanyak 15%, puero 40% dan
kalopo 30% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan
10 biji legum pada U2. Sedangkan Indeks Vigor rata-rata dari sentro
ialah 2,045, puero 0,83 serta kalopo 0,85. Koefisien vigor juga menggunakan
rumus yang telah dijelaskan di depan, dengan hasil rata-rata sentro 64,285,
puero 14,95 dan kalopo 11,35. Jika dibandingkan dengan skarifikasi yang lain,
skarifikasi fisik memiliki tingkat keberhasilan yang rendah.
Tabel. 2
Perkecambahan dengan Skarifikasi Mekanik
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
3,67
|
3
|
3,335
|
46,67
|
45,45
|
46,06
|
60
|
Puero
|
1,62
|
2,4
|
2,01
|
23,8
|
33,33
|
28,565
|
50
|
Kalopo
|
7,63
|
7,33
|
7,48
|
40
|
80
|
60
|
90
|
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanaman Pakan,
2013.
Pada percobaan skarifikasi biji
legum secara mekanik, memperoleh hasil persentase perkecambahan sentro sebanyak
60%, puero 50% dan kalopo 90% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1
dan 10 biji legum pada U2. Cara
yang dipakai dalam skarifikasi ini ialah dengan mengamplas biji legum satu
persatu, supaya kulit biji yang keras dapat terkelupas. Hal ini sesuai dengan
pendapat bahwa pengamplasan yang terlalu halus dapat menyebabkan dormansi benih
yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji terhadap air maupun gas, serta
dapat mengakibatkan kulit biji yang keras menjadi terkelupas sehingga air
maupun gas dapat masuk dan perkecambahan pun terjadi (Daryono, 2007). Dengan
adanya persentase perkecambahan akibat skarifikasi secara mekanik menunjukkan
bahwa pengamplasan berakibat pada proses perkecambahan biji legum. Perkecambahan tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji
terlebih dahulu dipecahkan (Vancleave, 2004). Hal ini sesuai dengan pengamatan, bahwa ketika biji
itu berkecambah maka akan keluar kotiledon dari dalam biji dan kulit bijinya
terbuka. Kulit biji yang terbuka inilah, yang dinamakan pemecahan kulit biji
dalam proses perkecambahan. Perhitungan Indeks Vigor dan Koefisien Vigor
dilakukan menggunakan rumus yang telah ada. Hasilnya, Indeks Vigor dari sentro
sebesar 3,335, puero 2,01 dan kalopo 7,48. Pada Koefisien Vigor, didapatkan
hasil rata-rata sentro sebesar 46,06, puero 28,565 dan kalopo 60. Cara
menghitung Indeks Vigor serta Koefisien Vigor menggunakan rumus yang telah
dijelaskan sebelumnya. Data yang dipakai, ialah data pengamatan selama dua
minggu, khusus skarifikasi mekanik uji perkecambahan.
Tabel. 3
Perkecambahan dengan Skarifikasi Kimia
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
8,33
|
9,17
|
8,75
|
81,82
|
66,67
|
74,245
|
95
|
Puero
|
3,23
|
2,83
|
3,03
|
23,81
|
57,14
|
40,475
|
45
|
Kalopo
|
5,17
|
1,96
|
3,565
|
36,84
|
22,73
|
29,785
|
60
|
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Berdasarkan
hasil skarifikasi secara kimiawi, memperoleh hasil perkecambahan sentro sebesar
95%, puero 45%, serta kalopo 60% dari masing-masing ulangan sebanyak 10
biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Sekarifikasi kimia ini menggunakan H2SO4,
untuk merendam biji legum selama 5-10 menit hingga kulit bijinya dapat
terpecah. Sesuai pendapat (Vancleave,2004) bahwa kulit/biji-biji dapat pecah,
karena bereaksi dengan senyawa-senyawa di dalam tanah. Hal yang sama menyatakan
bahwa senyawa H2SO4 dalam tanah dapat kita terapkan pada
percobaan skarifikasi
kimia. Dapat juga menggunakan KNO3, sebagai
pengganti fungsi cahaya dan suhu serta untuk mempercepat masuknya oksigen ke
dalam benih (Guntoro, 2009). Dengan perendaman menggunakan H2SO4, dapat
membuka pori-pori kulit biji legum sehingga penyerapan suhu dan proses
pemecahan kulit dapat berlangsung dengan baik. Hal ini terbukti dengan
terjadinya proses perkecambahan pada biji sentro, kalopo dan puero. Indeks Vigor
rata-rata sentro sebesar 8,75, puero sebesar 3,03 dan kalopo sebesar 3,565
serta Koefisien Vigor rata-rata sentro 74,245, puero 40,475 dan kalopo 29,785
yang dihitung menggunakan rumus yang telah dijelaskan di depan. Data yang
digunakan dalam perhitungan ialah hasil pengamatan selama dua minggu, khusus
biji yang discarifikasi dengan cara kimia.
4.2. Uji
Muncul Tanah
Berdasarkan
praktikum Ilmu Tanaman Pakan dengan materi Uji Muncul Tanah yang dilaksanakan selama dua minggu diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 4
Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Fisik
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
2,02
|
1,4
|
1,71
|
13,04
|
10,75
|
11,895
|
95
|
Puero
|
0,49
|
0,58
|
0,535
|
11,76
|
12,9
|
12,33
|
40
|
Kalopo
|
1
|
0,2
|
0,6
|
100
|
14,28
|
57,14
|
20
|
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Pada
uji muncul tanah menggunakan skarifikasi fisik dengan cara merendam biji legum
dalam air bersuhu 60oC selama 5-10 menit sebelum penanaman,
memperoleh hasil 95% biji sentro dapat berkecambah, puero sebesar 40% serta
kalopo 20% dari masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10
biji legum pada U2. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Vanclive, 2004) yang menyatakan bahwa pemberian air, oksigen, dan suhu yang
tepat, menyebabkan sebagian besar biji akan berkecambah dan berkembang menjadi
tanaman dewasa. Selain itu, pengaturan kedalaman penanaman juga biji
sedalam 1 cm juga dipertimbangkan supaya kecambah dapat muncul ke atas dengan
cepat. Hal ini sesua dengan bendapat Yahya (2002) yang menyatakan bahwa tanah yang dipergunakan untuk membenamkan biji
sangat tergantung pada ukuran biji, sebab pembenaman terlalu dalam akan
menghambat proses perkecambahan. Setelah
pengamatan selama dua minggu, maka kemudian melakukan pengukuran Indeks Vigor
dengan hasil rata-rata sentro 1,71, puero
0,535 dan kalopo 0,6 serta Koefisien Vigor rata-rata sentro 11,895,
puero 12,33 dan kalopo 57,14.
Tabel. 5
Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Mekanik
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
4,83
|
4,17
|
4,5
|
47,62
|
37,04
|
42,33
|
100
|
Puero
|
1,32
|
0,55
|
0,935
|
16,28
|
12,9
|
14,59
|
55
|
Kalopo
|
0,42
|
2,98
|
1,7
|
15,625
|
20,93
|
18,2775
|
95
|
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Pada uji
muncul tanah menggunakan skarifikasi mekanik dengan cara mengamplas kulit biji
legum sebelum penanaman, memperoleh hasil perkecambahan sebesar 100% untuk
sentro, serta puero 55% dan kalopo 95% dari masing-masing ulangan sebanyak 10
biji legum pada U1 dan 10 biji legum pada U2. Hal ini sesuai bendapat (Vanvleave, 2004) yang
menyatakan bahwa perkecambahan tidak dapat terjadi kecuali jika kulit biji
dipecahkan. Selain itu, faktor lain yang menentukan keberhasilan perkecambahan
adalah kedalaman penanaman biji, hal ini sesuai dengan pendapat (Yahya, 2002) pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan.
Sedangkan pada pembenaman uji perkecambahan ini, menggunakan kedalaman 1 cm
dibawah permukaan tanah. Setelah mengamati uji muncul tanah selama dua minggu,
maka melakukan pengukuran Indekks Vigor rata-rata dengan hasil sentro 4,5, puero
0,935 serta kalopo 1,7 dan pengukuran Koefisien Vigor rata-rata dengan hasil
sentro 42,33, puero 14,59, serta kalopo 1,2775
Tabel. 6
Uji Muncul Tanah dengan Scarifikasi Kimia
|
|||||||
Jenis Legum
|
Indek Vigor
|
Koefisien Vigor
|
Persentase
Perkecambahan (%)
|
||||
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
U1
|
U2
|
Rata-rata
|
||
Sentro
|
3,49
|
4,3
|
3,895
|
35,71
|
23,81
|
29,76
|
100
|
Puero
|
1,33
|
1,14
|
1,235
|
17,07
|
15,79
|
16,43
|
65
|
Kalopo
|
0,07
|
0,42
|
0,245
|
7,69
|
10
|
8,845
|
15
|
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu
Tanaman Pakan, 2013.
Pada
uji muncul tanah menggunakan skarifikasi kimia dengan merendam biji legum pada
senyawa H2SO4 selama 5 menit, maka memperoleh hasil
rata-rata perkecambahan sentro sebesar 100%, puero 65% serta kalopo 15% dari
masing-masing ulangan sebanyak 10 biji legum pada U1 dan 10 biji
legum pada U2. Perendaman
menggunkan senyawa H2SO4 ini, berfungsi untuk memecah
kulit pembungkus biji. Hal ini sesuai pendapat (Vancleave, 2004) yang
menyatakan bahwa kulit/biji-biji dapat pecah, karena bereaksi dengan
senyawa-senyawa di dalam tanah. Dalam uji kimia ini, senyawa H2SO4
berperan sebagai pengganti senyawa di dalam tanah. Pada penanaman biji
legum ini, menggunakan kedalaman 1 cm supaya laju perkecambahannya berlangsung
cepat. Hal ini sesuai pendapat (Yahya, 2002) yang menyatakan bahwa tanah yang
dipergunakan untuk membenamkan biji sangat tergantung pada ukuran biji, sebab
pembenaman terlalu dalam akan menghambat proses perkecambahan. Setelah
mengamati selama dua minggu maka kemudian menghitung Indeks Vigor rata-rata
dengan hasil sentro 3,395, puero 1,235 dan kalopo 0,245 serta hasil pengukuran
Koefisien Vigor dengan hasil sentro 29,76, puero 16,43 dan kalopo 8,845.
BAB
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum dengan acara skarifikasi, dapat disimpulkan bahwa biji Calopogonium mucunoides, Pueraria phaseoloides
dan Sentrosoma
pubescens yang di scarifikasi dengan cara mekanik lebih baik dari
pada, fisik dan kimia. Hal
ini dibuktikan dengan hasil pengamatan dari skarifikasi mekanik terhadap legum sentro, kalopo maupun
puero. Hasil pengamatan Uji Muncul Tanah menunjukkan bahwa pada
biji Calopogonium
mucunoides, Pueraria
phaseoloides dan Sentrosoma
pubescens yang di skarifikasi dengan mekanik menunjukkan pertumbuhan yang paling banyak bila dibandingkan skarifikasi dengan larutan H2SO4
maupun air panas 600C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
adalah ketersediaan air, oksigen, cahaya dan media tanam yang digunakan untuk
tumbuh. Penyiraman juga akan berpengaruh terhadap perkecambahan, dengan pemberian air yang berlebihan akan
mengakibatkan pori-pori udara menjadi jenuh dan berakibat pada daya kecambah yang
rendah.
5.2. Saran
Hendaknya ketika
melakukan pengamatan uji perkecambahan dan uji muncul tanah dilakukan secara
rutin setiap hari sebagaimana tertera
pada buku petunjuk praktikum, teliti dan cermat dalam melakukan percobaan
skarifikasi, serta benih dipastikan dalam keadaan
lembab sampai dua minggu.
DAFTAR
PUSTAKA
Daryono.2007. Pengaruh Posisi Penyemaian dan Skarifikasi Benih. Erlangga,
Jakarta.
Nawi, M. 2000. Skarifikasi Tanaman Pakan. Erlangga, Jakarta.
Pramono, A.A,
Fauzi, M.A., Widyani, N. Heriansyah, I. Dan Roshetko, J.M. 2010. Panduan Lapangan Untuk Pertanian. CIFOR,
Bogor.
R, Sugeng H. 2008. Bercocok Tanam Sayuran. Aneka Ilmu,
Semarang.
Rahman. 2006. Hasil
Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE, Yogyakarta.
Rukmana, R. 2005. Budidaya
Rumput Unggul. Kanisius, Yogyakarta.
Schmidt, L.
2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman
Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahkan) Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.
Sudjadi, Bagod.
2006. Analisis
Enzim Tumbuhan Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Sukamto, B. 2006.Ilmu Tanaman Makanan Ternak. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro,
Semarang.
Syamsuri, Istamar.
2004. Dasar Nutrisi
Tanaman. Rineka Cupta, Jakarta
Vancleave, Janice. 2004. A+ PROYEK-PROYEK BIOLOGI. Bandung,
Pakar Raya.
Wirawan
dan Wahyuni.
2002. Fisiologi Tumbuhan Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya. BPIPB,
Bogor.
Yahya. 2002. Ilmu Pertanian. Erlangga, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar